Bukan Mak Joki

Mak Jogi, sebuah hikayat akar Melayu.

“Pengantar Cerita”

Beberapa waktu yang lalu, bersama mba Aroem dan dua temannya, serta ditambah 2 bule dari Canada, kami menonton Hikayat melayu dalam rangka Indonesia Kita. Banyak kearifan, kebijakan, dan nilai-nilai lain yang memuliakan kehidupan tertuang dalam syair syair. Berupa pantun maupun Gurindam. Didendangkan maupun dikisahkan.

“Butet”

Nun jauh disebuah kerajaan, ada seorang raja yang sedang bimbang, dikarenakan raja tersebut baru saja mendapatkan sebuah mimpi yaitu jatuhnya cahaya yang sangat terang turun diatas kerajaannya. Kemudian sang raja mengumpulkan semua menteri nya. ada Hang Dagang (Joned), Hang Panglima (Ramon Damora), Penyair Kerajaan (Hasan Aspahani), Penasehat Raja (Effendi Ghazalo), Awang Pengasuh (Hoesnizar Hood) dan Mak Jogi (Tom Ibnur). Masing2 mengemuukan semua pendapatnya mengenai mimpi sang raja, termasuk Hang Dagang dengan logat jawa nya mengatakan bahwa kerajaan akan mendapatkan sebuah keuntungan yang sangat besar, namun hal itu kemudian dibantah oleh Awang Pengasuh. Dan singkat kata tafsir dari mimpi tersebut ialah, bahwasanya bahwa sang raja harus mencari Air Tujuh Muara.

“Membahas Mimpi”

Dan disepakati yang berangkat untuk melakukan ekspedisi ialah Mak Jogi, Hang Dagang dan Sang panglima. dan ketika meraka sudah tiba disebuah daerah baru, mereka disambut dengan sebuah tarian di daerah setempat, pada awalnya Hang Dagang maju untuk memberikan suap kepada penduduk lokal, namun gagal. Kemudian sang panglima ingin mempergunakan kekerasan dan akhirnya juga gagal, dan yang terakhir ialah Mak Jogi dengan tariannya dan dia bisa masuk ke lingkungan baru tersebut dan mendapatkan Air muara. Perjalanan dilanjutkan mengelilingi lautan untuk menemukan semua sumber air muara itu. Dan ketika mereka tiba ditempat baru, mereka tetap mempergunakan budaya tarian untuk memperkenalkan diri ke penduduk lokal. Sampai juga di jawa bertemu dengan Nyi Towok (Didik Nini Towok) dan sang petapa (Wisben). dan akhirnya ketujuh air muara itu bisa ditemukan walaupun semua tidak berujud air dalam arti sebenarnya, hal ini merupakan kearifan berpikir dari Awang Pengasuh.

“Salah satu air tujuh muara”

dari sedikit cerita tentang mak Jogi tadi, sebenarnya untuk mempersatukan bangsa ini dapatlah dengan mudah dipersatukan dengan budaya, sehingga bangsa ini semakin kuat, mungkin kita tidak perlu kehilangan aset negara (ini hanyalah salah satu cara)

“Berlayar”

Secara show mak jogi ini sangatlah bagus, dengan trio GAM yang bisa mengkocok perut pemirsa, namun ada sedikit kekurangan yaitu di Effendi Ghazali, dimana hampir di setiap adegan pastilah dia mengkritik bapak negara ini, jadi ada beberapa dialog yang kurang pas, dan cenderung untuk dipaksakan, namun keseluruhan acara ini dikemas dengan sangat menarik dan ada beberapa nasehat yang bisa kita terima.

kura kura dalam perahu
sekian dulu

ths

Sumber foto : google.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s