Indonesia.. garfinkling atau non-garfinkling?

Garfinkling adalah istilah yang dikenalkan Harold Garfinkle utk menamai perilaku orang yang menunjukkan etika/adat tertentu, yang dilakukan tanpa dia sadari bahwa etika/adat tersebut itu ada. Dia contohkan:  misalnya, kita tidak  akan menghalangi orang lain berjalan, atau menyerobot antrian …

Sangat menarik mencermati garfinkling di Indonesia.  Sewaktu mudik di tahun 2010 kemarin,  saat keluar dari kapal,  ada petugas kapal  yg mengatur keluar masuknya mobil dari kapal.  Tentu maksudnya agar lancar.. Toh, tetap ada sebuah mobil berusaha memotong jalan mobil  yang kami naiki  (padahal sesuai petunjuk petugas,  giliran kami dalam antrian berikutnya). Keluar dari jalur tol Cikampek, hingga masuk Bumiayu, begitu banyak sepeda motor mengambil jalan di sebelah kanan, di depan mobil  kami (padahal jatah sepeda menurut undang-undang kan sebelah kiri yah?). Nyaris saja sebuah motor kami “senggol”. Dia ada disebelah kanan kami, sedang mobil di sebelah kiri kami bergerak ke kanan dan kami pun otomatis bergeser ke kanan… Nah lo.. Untung saja walau terkejut dan keseimbangan motornya terganggu, dia masih selamat karena pas tidak ada kendaraan yang datang dari arah depan! — Empat tahun lalu ada kejadian serupa, sebuah motor  menyalip mobil yang kami naiki dari arah kanan, pas kami juga sedang putar balik,  saking kebutnya dia tak sempat ngerem, nabrak kami, dan jatuh.. Huh.. Kami pula yang harus repot menanggung biaya anak istrinya berobat, kontrol, hingga membayari polisi.

Back to mudik, di Purwokerto,  didepan rel KA sudah dipasang pembatas dari tali. Maksudnya pastilah agar kendaraan dari masing-masing arah sudah punya tempat sendiri… Eee… La kok sepeda motor banyak pula yang mengambil tempat di luar tali batas.  Apa dia pikir dari arah depan tidak akan ada kendaraan lain lewat sehingga dia sah-sah saja lewat situ? (akirnya, tali batas pun mereka putus agar mereka masuk ke barisan dan tidak tertabrak kendaraan dari arah depan.. Duh, vandalism, lagi..).  Lebih parah lagi, dijalan yang menanjak, berkelok-kelok, ramai.. kok ya ada sebuah mobil Avansa memaksa menyalib mobil didepannya sehingga  memotong jalan sebuah truk dari arah depan — truk yang membawa beban menumpuk … Tak berani banting stir ke kiri, alhasil truk diam ditempat… Berhadap-hadapan dengan  si Avansa.. Huu.. Akirnya macetlah jalan sampai lama…

Lucu tapi menjengkelkan, adalah saat aku sudah siap masuk kamar kecil di sebuah pom bensin…la kok bisa-bisanya seorang ibu dengan dandanan sangat wah dan trendy muncul dari belakangku, lari kecil, dan langsung masuk ke kamar kecil itu (dengan badan sebesar aku ini, tentunya si ibu pasti  melihat aku  sudah antri terlebih dulu,  pun aku berada pas di depan pintu kamar mandi tersebut lagi)… Wow… sangat tidak tahu etika sekali si ibu ini ya?

Dan… kembali ke lampung… yang sudah pasti adalah kembali menghadapi sepeda motor berzig-zag ke kiri ke kanan tiak karuan didepan mobil… Lalu jalanan mulus dijebol dan diberi polisi tidur  (agar menghalangi orang lewat juga kan? Lah knalpot mobil sedan jadi tergesek si polisi tidur be gini? Belum perut yang ikut terhentak-hentak tak nyaman — plus tak aman untuk ibu hamil).  Weleh, la dikampus yang gudangnya etika juga sama saja kok..  Agak-agak  menjengkelkanku  tapi ya membuatku tertawa juga, adalah mobil-mobil  bagus dosen yang diparkir pas di tikungan. Ya bener disitu adem pak, bu… di bawah pohon besar yang rindang sih… Lah tapi anda itu mengganggu  kami-kami yang mau masuk parkiran kampus.. nanti  kalo  mobil anda tergores  kendaraan kami yang masuk dengan akses sempit, hingga body  mobil anda tak mulus lagi,  anda  akan mengomel juga kan? Wah…kayak apa ya rasanya, awal parkir mulus, pas mau pulang kok jadi penyok-penyok? Sama deh dengan mahasiswa. Tak merasa bersalah sama sekali, duduk-duduk atau berdiri ngrumpi di tangga, di jalan, tidak memberi celah bagi orang untuk lewat.. Guru parkir di tikungan, mahasiwa nutupi jalan, xexe…

Menghalangi jalan… termasuk jalan rejeki orang kan? Nah, banyak sekali peristiwa di mana orang mengambil jatah tugas/pekerjaan yang harusnya menjadi hak atau harusnya dibagi bersama dengan rekan kerja yang lain… Yah, namanya juga uang, jabatan,  sayang  sekali ya kalo harus dibagi dengan rekan sejawat; sedang dengan kekuasaannya, uang dan  jabatan itu bisa dimiliki sendiri? — jadi ingat pengalaman saat jabatan atau penugasan  ditawarkan, lalu santai saja ada rekan  menyerobot, dengan bahasa  halusnya (atau kasarnya?) berkomentar  “Yang jadi …. (nama jabatan) jangan …. (nama orang), dia kan nggak bisa  — atau belum bisa …. (keahlian tertentu). Saya saja, kalau saya pasti lebih mampu untuk … (keahlian tertentu)”.  Duuuh … menjual diri, merasa mampu, dengan tak tahu malu 😦

Kesimpulannya? Pak Garfinkle… dimana pun anda menemukan teori garfinkling.. tapi rupanya tidak  di Indonesia..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s