Kutitipkan selembar nyawa ini kepadamu

– Kutitipkan selembar nyawa ini kepadamu –
Haryoko R. Wirjosoetomo

Dua hari lalu, tatkala saya dalam perjalanan pulang ke rumah. Di Cinere, tepatnya di perempatan Kompleks Angkatan Laut – Rumah Sakit Puri Cinere, saya harus melambatkan laju kendaraan lantaran di depan ada sebuah sepeda motor unik. Kendati hampir setiap hari saya bersua dengan motor sejenis, tetap saja unik bagi saya. Sebuah sepeda motor pengangkut rombong barang yang menjulang dari bawah ke atas. Saking besarnya, dari belakang Anda tidak pernah tahu siapa yang sedang duduk di sadel mengemudikan kendaraan itu; apakah manusia, beruk pemetik kelapa ataukah beruang sirkus yang terlepas dari kandangnya.

Setiap kali saya bersua dengan motor ajaib seperti itu, selalu saja muncul rasa takjub di hati. Bagaimana bisa mereka tetap survive dan selamat di tengah padatnya lalu-lintas Jakarta, dengan kendaraan yang setan pun enggan mengendarainya?. Bagaimana cara orang ini berbelok ke kiri dan kekanan, sementara ia tidak bisa memantau situasi di belakang tengkuknya?. Apakah cukup menghidupkan lampu sign dan ngeloyor begitu saja?. Hingga kini pertanyaan itu tinggal pertanyaan, karena belum pernah sekalipun melihat mereka berbelok tepat didepan hidung saya.

Sudah empat bulan ini saya menikmati kemewahan yang disediakan oleh Jokowi. Kopaja S602 jurusan Ragunan – Monas. Tentu saja bus ini berbeda kasta dengan Kopaja rongsokan itu; yang kelak semua sopirnya diduga keras masuk surga, karena setiap hari mampu memaksa ribuan penumpangnya khusuk berdoa kepada Tuhan.

Kopaja S602 adalah bus kota eksekutif, dilengkapi dengan AC yang adem. Istimewanya, ia berjalan di jalur khusus busway. Berangkat dari Ragunan, Kopaja S 602 akan menyusuri jalur busway hingga perempatan Kuningan, belok kanan masuk jalur busway Gatot Subroto, kemudian berbelok kiri ke Semanggi, masuk jalur busway Sudirman dan lurus hingga halte transit busway di Monas. Karena client saya berada di sepanjang Thamrin – Sudirman, keberadaan bus ini sangat menguntungkan. Apalagi sopir-sopirnya pun hasil seleksi ketat, katanya begitu, dari sekian banyak sopir-sopir Kopaja. Dijamin pasti nyaman.

Kenyataannya tidaklah demikian, maksud saya, perilaku sopirnya. Terlalu lama mengemudikan Kopaja tua membuat perilaku mereka terpola, sulit untuk dirubah hanya dengan training sehari dua. Tetap saja nubras-nubras, tetap saja semua lubang dijalur akan dilibas. Celakalah Anda jika duduk di kursi tepat diatas roda. Minimal potensial menderita usus buntu, maksimal terancam mengalami osteoporosis bagi wanita atau turun berok bagi penumpang pria.

Dan tadi siang saya ditelepon dealer mobil di Cinere. Ia dengan penuh semangat berbagi kabar gembira : era mobil murah akan tiba dan menawarkan indent suatu merek tertentu kepada saya. “Murah pak,” katanya penuh promosi, “para pengendara motor pasti akan beralih ke mobil kami…”

Pengendara motor beralih ke mobil?. Jika benar demikian, ini isu menarik. Sebagian besar pengendara motor di Jakarta tipikal selonong boy, gemar potong sana-sini sembari menitipkan nyawanya kesana kemari. Belajar dari perilaku sopir Kopaja Eksekutif yang tidak banyak berubah dibanding Kopaja tua, bisakah perilaku pengendara motor yang migrasi ke mobil ini berubah?. Akankah mereka mengendarai mobil, dengan perilaku bikers?. Apa jadinya jika kendaraan roda empat diperlakukan pengemudinya bagai kendaraan roda dua?. Akankah angka kecelakaan kendaraan roda empat akan meningkat?.

Saya berharap fenomena ini tidak terjadi, saya berharap masyarakat mampu dengan cepat menyesuaikan diri. Namun begitulah, barangkali seekor babi pun akan bisa terbang dalam waktu dekat, namun saya sangat meragukannya.

Depok, 11 September 2013

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s