Dongeng Gizi : Anak Sulit Makan, Kenapa ya ?

Dongeng Gizi : Anak Sulit Makan, Kenapa ya ?
Sagung Indriani Oka

 

Setelah sekian lama vakum menulis artikel untuk web gizi saya yang launchingnya makin lama makin mundur dari target, akhirnya saya memberanikan diri untuk menulis mengenai gizi di milis ini, setelah mendapat dorongan dari beberapa mas mbak KV. Materi pertama tulisan ini terinspirasi dari keluhan mas Hariyadi dan mas Hartono yang sama-sama mempunyai anak yang sulit makan. Putri mas Hariyadi usianya menjelang pubertas dan memiliki masalah dengan body image. Sulit makan karena takut gemuk dan ingin memiliki tubuh langsing seperti model. Sedangkan putra mas Hartono memiliki gangguan makan akibat terlambat mengenalkan beragam jenis makanan sehingga saat ini hanya bisa mengkonsumsi mie. Untungnya mas Hartono berinisiatif untuk belajar kepada mas Eko Eshape cara membuat mie sehingga minimal bisa memberikan mie yang kesegaran dan kualitasnya bisa dipantau dengan baik. Kedua putra dan putri ini sebelumnya tidak memiliki masalah terhadap tumbuh kembang dan riwayat status gizinya baik.

Sebelumnya, ijinkan saya menjelaskan sekilas mengenai tumbuh kembang anak dari sudut pandang ilmu gizi. Bagi para orangtua mungkin sudah pernah mendengar istilah golden age. Golden age adalah masa dimana pertumbuhan dan perkembangan anak berada dalam kondisi optimal. Optimal dari sudut pandang gizi adalah jika anak diberikan asupan gizi 100 maka akan terserap 100 dan dipergunakan 100. Maka dari itu perlu dipahami benar masa golden age ini sebagai waktu yang tepat untuk membekali anak dengan asupan gizi yang terbaik agar pertumbuhan dan perkembangannya bisa berjalan dengan maksimal.

Golden age pada manusia umumnya terjadi dua kali sepanjang hidupnya. Yang pertama adalah ketika anak masih dalam kandungan sampai berusia 2 tahun (0-2 tahun) dan yang kedua ketika masa pubertas dimana biasanya pertumbuhan cepat pada remaja putri pada usia 10-11 tahun, puncaknya pada usia 12 tahun dan selesai pada usia 15 tahun; sedangkan remaja putra pada usia 12-13 tahun, puncaknya usia 14 tahun dan berhenti pada usia 19 tahun (Akan tetapi hal ini beragam pada semua orang, sebagai contoh puncak pertumbuhan saya 15-16 tahun karena mulai pubertas usia 14 tahun)

Pada masa golden age 1, pertumbuhan anak dipantau dari pertumbuhan berat dan panjang/tinggi anak. Itu sebabnya pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat) pada balita harus diisi dengan benar sebagai catatan riwayat pertumbuhan anak. Pada masa ini, jika terpantau anak berada dibawah garis merah (BGM) biasanya kader posyandu atau dokter anak sudah waspada dan menyarankan orang tua untuk segera mengambil tindakan. Kenapa begitu ? karena meskipun nutrisi yang baik tidak menjamin bahwa anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan normal, nutrisi yang tidak mencukupi dapat menghambat anak mencapai potensi genetiknya untuk baik dalam pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mental. Pada masa ini pula sebaiknya anak diperkenalkan dengan beragam jenis makanan. (panduan memberikan makan anak pada usia ini akan saya bahas pada artikel berikutnya J )

Kemudian bagaimana dengan masa golden age 2 ? Seperti yang telah saya tulis sebelumnya, masa golden age kedua umumnya terjadi ketika masa pubertas, dimana pada masa ini terjadi periode maturasi yang cepat pada fisik, emosional, social, dan seksual. Karenanya usia fisiologi (fisik) merupakan indicator yang lebih valid daripada usia kronologis (usia kalender). Pada masa ini remaja putri mengalami deposisi lemak (khususnya area abdomen dan lingkar panggul), pelvis melebar dalam persiapan kehamilan, dengan pertumbuhan otot dan tulang tidak sebanyak remaja putra.

Kembali ke masalah yang dihadapi mas Hariyadi dan mas Hartono, ternyata dari sumber yang saya baca, pada anak usia 6-11 tahun sebanyak 91% memang memiliki gangguan sulit makan. Pada umumnya anak makan rata-rata 5-7 kali /hari. Jumlah yang banyak jika jumlah kudapan yang masuk saat di sekolah atau dirumah juga dihitung. Pada usia tersebut kudapan atau snack menyumbang hampir 20% dari total asupan kalori dan 19% total asupan lemak dan lemak jenuh. Jika itu yang terjadi, kenapa tidak memberikan makanan yang bergizi kepada anak dalam bentuk kudapan ? disini berlaku hukum “orang tua memutuskan apa yang anaknya harus makan; dan anak yang memutuskan seberapa banyak yang dia bisa makan”. Untuk itu daripada memberlakukan kebiasaan “habiskan makanan yang ada dipiringmu” mas mbak sekalian bisa mengatakan “cobalah sedikit segala makanan”. kudapan atau snack adalah cara terbaik untuk memberikan protein, kalori, dan nutrisi esensial pada anak yang tidak dapat makan banyak pada jam makan, tapi setidaknya harus diberikan minimal 90 menit sebelum makan untuk menghindari pengaruhnya pada nafsu makan.

Untuk masalah body image putri mas Hariyadi, tenang saja mas, putri anda tidak sendirian menghadapi hal ini. Saya pun pada saat remaja mengalami kejadian serupa, tekanan untuk memiliki penampilan yang baik dengan pemahaman yang salah terhadap diet sempat saya lakukan. Disini perlu diberikan pemahaman pada putri mas hariyadi bahwa peningkatan jaringan lemak pada usianya sangat normal terjadi sebagai masa persiapan pubertas. Gizi kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan berdampak pada fungsi reproduksinya, umumnya terjadi gangguan haid yang akan membaik bila asupan gizinya baik. Dampingi putrinya jika ingin memiliki tubuh ideal caranya adalah menjadi remaja yang aktif, berpikiran positif dan nyaman terhadap diri sendiri. Jika masih terkendala dengan pola makan, bisa dipandu dengan makan dalam porsi kecil tapi sering, memberikan suplemen jika perlu. Dan percayalah pipi chubby itu memberikan efek awet muda J

Semoga apa yang saya tulis bermanfaat bagi mas mbak dan jika ada teman sejawat yang ingin memperkaya materi tulisan ini, pintu kritik terbuka lebar demi kemajuan pengetahuan kita akan ilmu gizi.

Regards
Indriani
Gizi05