Lifestyle series – 3: Slow Food
Dyna Andriani
Kalau fastfood pasti dah jamak lah ya..kita sering dengar ‘fast food‘. Ada hubungannya nggak sih? Ada. Cuma kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya jadi lain dah..
‘Fastfood’ biasanya diterjemahkan sebagai makanan ‘cepat saji’, apakah kalau ‘slowfood’ terus.. lambat saji??? Selak luwe tho ya….
Bukan. Hubungannya tidak terkait dengan kecepatan dalam penyajian tetapi lebih ke konsep ‘kenikmatan’, ‘kesadaran’, dan ‘regionalitas’ dari suatu makanan. Menikmati makanan dengan kesadaran dan kepedulian… kira2 begutu kali ya?!
Istilah ‘Slowfood’ sebenarnya berasal dari sebuah gerakan, gerakan melawan ‘Fastfood‘!
Gerakan ini bermula di Itali yang berusaha mempertahankan ‘‘regionalitas Dapurnya‘, artinya bahan makanan diusahakan dari produk lokal. Slowfoodterkait dengan otentitas karakter (regional dan musim), serta cara pembuatan serta menikmatinya harus memperhatikan tradisi dan pengetahuan asal mulanya.
Carlo Petrini adalah peletak mula gerakan ini di tahun 2006 dengan parameter : ‘‘bueno, pulito e giusto‘‘ yang artinya enak, bersih dan fair. Kalau salah salah satu kriteria ndak ada, namanya bukan ‘slowfood’.
Terkait dengan ‘fair’, secara luas, bahan makanan -dalam kriteria‘Slowfood‘- adalah yang di tanam, diproduksi, dijual dan dimakan seharusnya akan memperkuat lingkaran ekonomi regional dan mengikat manusianya melalui mata, telinga, mulut serta tangan di region tersebut.
http://3.bp.blogspot.com/…/A…/FY6Tafv3w5U/s1600/Pecel_08.jpg