




PARODI JOGET KUDA JINGKRAK
Euforia Kagama Virtual (Kviers) dalam acara Temu Kangen Kagama di Ecopark Ancol, Minggu 7 Oktober 2012 sepertinya masih terasa hingga kini. Bagaimana tidak, pasukan Merah Hitam itu sepanjang acara riang mondar mandir memenuhi depan panggung, berjoget bebas melengkapi (atau bahkan melebihi) performer utamanya.
Mereka tidak saja riang, tetapi juga nekad. Kenekadan itu dimulai sejak group paduan suara berbaju putih-putih (entah apa nama groupnya) menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Gadjah Mada, teman-teman Kaviers yang berpakaian dominan merah dan hitam itu duduk berbaris 2 saf persis di depan panggung, juga ketika Ikang Fauzi dan Keris Patih perform, mereka pun turut meriahkan dengan berarak joget bebas di tempat yang sama.
Terlebih saat pentas utama mereka, Gangnam versi KV alias Kagangnam Style, berlangsung heboh dan spontan. Mereka menggila 2 menit dengan iringan musik Gangnam Style versi Jowo Style digabung versi aslinya milik Psy. Tidak hanya saat pentas, tetapi sepanjang acara aksi mereka menyita perhatian penonton. Dari manakah datangnya sekelompok Merah Hitam itu? Kompak bener? Bahkan, saat pentas mereka menarik Wakil Rektor yang berada di antara penonton untuk ikut joget. Nekad bener!
“Naje neun ttasaroun ingan jeogin yeoja. Keopi hanjanui yeo yureul. Huo ewyo. Hayyaah, iki opo tho?” Seorang lelaki ingin menunjukan kemampuan gaya K-Pop pada si perempuan. Karena tidak fasih mengucap bahasa Korea, dia perlu membaca teks. Dia bermaksud meniru Korea Pop, bernyanyi dengan bahasa mereka dan bergaya seperti mereka, tapi ternyata alamaak susahnya.
“Aku wong Jowo, senajan ora iso koyo ngono. Hei, ayo podo jogo budoyo. Hei.” Si lelaki sebagai orang Jawa, meski tidak bisa bergaya ala Korea, ingin meyakinkan untuk menjaga budaya saja. Itulah konsep yang mulanya ingin disampaikan oleh Kagangnam Style. Jaga budaya? Kok begini jadinya? Ups!
Lupakan soal tema jaga budaya. Mereka itu kami. Pentas kami, Kagangnam Style, bukan sedang membawa tema tersebut, bukan juga untuk merusak budaya. Kami bukan dancer, bukan performer, dan bukan pula juara lomba baris-baris tingkat kecamatan. Kami mungkin semacam orang-orang nekad, nggilani, kreatif, dan semangat menghibur. Justru karena kenekadan itulah yang mungkin mengantarkan kami menjadi juara II. Juara I diraih oleh Fakultas Kedokteran yang menyajikan tarian daerah. Acara yang dihadiri ribuan alumni UGM itu menampilkan kompetisi pentas sekitar 7 kelompok, diantaranya Fakultas Kedokteran, Kagama Virtual, Fisipol, Teknik Arsitektur, dll.
Joget kuda jingkrak oleh Kagama Virtual ini terinspirasi dari K-Pop Gangnam Style yang akhir-akhir masih ramai dibicarakan. Gangnam style sendiri konon sebenarnya parodi gaya orang-orang borjuis di sebuah tempat di Korea yang bernama Gangnam. Sedangnya dance-nya sendiri, menurut penyanyi dan rapper Korea yang mempopolerkan gaya itu, Psy, bahwa Gangnam dance pada dasarnya adalah tari dengan imaging the horse. Karena itu banyak koreo yang meniru gerakan kuda. Gerakan dasarnya sangat mudah, yaitu hentakan kaki kanan-kiri-kanan-kanan dan kiri-kanan-kiri-kiri dengan goyangan khas mirip kuda berjingkrak.
Pentas yang berlangsung selama 2 menit (tepatnya 2 menit dan 12 detik) dengan jumlah personel sekitar 25 itu, sebagian gerakan dilakukan secara spontan. Sebagian yang lain terinspirasi dari gabungan flashmob Gangnam Style yang banyak bermunculan di Youtube. Termasuk video dari Jowo Style, yaitu parodi Gangnam Style versi Jawa yang musiknya digunakan di menit pertama pentas mereka. Menit kedua menggunakan musik asli Psy dengan volume lebih keras dari menit pertama untuk menciptakan semangat hentakan berlipat.
Pada kompetisi pentas itu ternyata tidak hanya Kagama Virtual yang menampilkan musik Gangnam, ada kelompok lain di acara tersebut juga menampilkan pentas dengan musik yang senada. Musik ini memang sedang sangat popoler. Padahal pada awal September 2012, musik ini hanya diketahui oleh para penggemar K-Pop. Namun, karena jogetnya yang khas, popularitasnya melejit dan mendunia. Di Youtube juga banyak ditemukan flashmob Gangnam dari berbagai negara. Dengan berbagai parodi yang tidak menghilangkan gerakan dasar kuda jingkrak.
Gangnam versi KViers juga menampilkan adegan kuda-kudaan seperti yang dilakukan Psy. Adegan spontanitas yang bisa dipastikan mencuri perhatian penonton. Selain itu, saat adegan robot dance, kami rebutan koin receh yang tumpah dari saku salah satu personel. Jangan tanya apa maksudnya yah, nikmati saja. 😀
Selamat menikmati. Semoga tidak menyesal menonton kami, karena kami sungguh menikmati joget nekad ini. Terima kasih tidak terjadi penggalangan sandal penonton atas kegilaan ini. 😀
PS. 1. Berhubung juru kamera dan juru video KV malah ikut joget, jadi foto pentas yang representatif tidak terdokumentasi. Menunggu penonton ada yang memberitahu kami bahwa mereka memiliki foto kami. 😀
2. Selain modal nekad, pentas ini juga bermodal 1 Vixion, selengkapnya baca di sini.
Depok, 10 Oktober 2012.
Nur Laeliyatul Masruroh
UGM dalam Kenangan Medria
Jogjakarta menjadi kota yang sangat mengesankan baginya. Terlebih masa-masa kuliah di UGM dulu. Tahun 1984, ia mengantongi gelar sarjana jurusan matematika dan kini sukses meniti karier di perusahaan perminyakan.
Secara berurutan, Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama) menyelenggarakan kegiatan Seminar nasional bertajuk “Jalan Menuju Kesejahteraan, Persembahan Kagama untuk Indonesia” dan Sidang Pleno Nasional 2010 pada Jumat-Sabtu (7-8/12) tahun 2010 lalu. Di hari itu Grha Sabha Pramana tampak ramai oleh peserta seminar dan peserta sidang. Acara tersebut dihadiri Ketua Umum Kagama Sri Sultan Hamengkubuwono X, Rektor UGM Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., serta Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Alifian Mallarangeng. Peserta yang hadir adalah perwakilan pengurus kagama cabang daerah, juga pengurus kagama cabang luar negeri.
Medria Kusuma Dewi, salah satu peserta kegiatan yang diselenggarakan kagama itu datang dari negeri jiran, Malaysia. Ia hadir mewakili pengurus Kagama cabang Malaysia. Saat ditemui di Wisma Kagama, wanita berkerudung merah itu merasa seperti sedang bernostalgia. Ia merasa senang dapat kembali mengunjungi almamaternya.
Saat tiba di lingkungan kampus, wanita yang kini menetap di Kuala Lumpur itu merasakan perubahan yang terjadi di UGM sekarang. Dulu, baginya UGM dikenal sebagai kampus yang murah dan banyak wong ndeso. Lingkungan sekitarnya penuh dengan pepohonan yang menjadikan UGM terlihat rindang. Itulah yang membuat Medria tertarik untuk menimba ilmu di kampus biru. Di samping itu, suasananya sangat mendukung untuk belajar.