Nobar Galang Dana Beasiswa

Bersenang-senang, belajar, dan bermakna. Begitulah semangat kegiatan Nonton Bersama film “Banda” yang diselenggarakan oleh Kagama Virtual, sebuah komunitas alumni UGM. Kegiatan diselenggarakan di bioskop megah Episentrum XXI Jakarta pada Minggu, 30 Juli 2017.

Film “Banda The Dark Forgotten Trail” bercerita tentang sejarah asal mula pulau-pulau di Nusantara ditemukan. Riwayat Kepulauan Banda melintasi peristiwa-peristiwa penting. Suara narator Reza Rahadian mengajak kita menembus perjalanan dari abad 17 hingga 21. Mulai dari pentingnya buah pala di Banda, perang rebutan tanah berempah, jalur perdagangan dunia, dan tempat pengasingan Mohammad Hatta yang di sana ia memikirkan konsep nasionalisme.

Tanah Banda pernah diperebutkan dengan tumpahan darah lantaran kaya buah pala, komoditas yang nilainya saat itu lebih dari harga emas. Namun, kemudian pulau ini ditinggal terbalut sunyi. Banda memiliki akar multikulturalisme, dengan penduduk beragam etnis, seperti Jawa, Cina, dan Arab hidup berdampingan secara harmoni. Namun, usai reformasi turut terkena dampak konflik sektarian.

Film ini muncul bertepatan dengan peringatan 350 tahun pertukaran pulau Rhun dan Manhattan. Selain itu, ulang tahun Kagama Virtual yang ketujuh. “Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka merayakan beberagaman dan mengenal sejarah bangsa. Juga, untuk penggalangan dana beasiswa mahasiswa UGM yang kurang mampu,” ungkap ketua penyelenggara Andreas Maryoto, alumnus Teknologi Pertanian UGM.

Nobar Banda KVBelajar sejarah dari medium visual menjadi satu daya tarik penonton. Sebanyak 264 penonton hadir berpartisipasi. Uang yang dibayar guna beli tiket, disalurkan untuk dana beasiswa ratusan mahasiswa UGM. Selama ini beasiswa sudah berjalan dan dikelola secara profesional. Dana yang berhasil terkumpul dari Nobar ini sebanyak Rp 13 juta.

Film “Banda” akan tayang secara resmi perdana di bioskop pada 3 Agustus 2017. Kagama Virtual mendapatkan kesempatan menonton duluan berkat kerjasama dengan rumah produksi Lifelikes. Produser Sheila Timothy menyampaikan ide film ini muncul ketika ekspedisi jalur rempah di jalur sutra. Menurutnya, ini penting memberikan semangat, jadi tahu asal muasal sejarah kita.

Film disajikan dengan cita rasa bangsa sendiri, dengan semua kru orang Indonesia. Dalam proses pembuatan, sutradara Jay Subyakto mengaku tidak mau menonton film dokumenter apapun, agar tidak terpengaruh. Selanjutnya akan dikembangkan komik agar sejarah tidak hanya dikenal orang dewasa, tetapi juga anak-anak. “Ini garis besarnya saja, dari film ini mentriger orang menggali sejarah lebih dalam lagi,” harap Jay.

Belajar sejarah menjadi sarana melihat diri kita yang sesungguhnya. Dan, penggalangan dana beasiswa menjadi sarana berbagi menemukan makna.

Laeliya,

Jakarta, 31 Juli 2017

Satu Hari yang Menyenangkan

Saat pulang dari Syawalan Kagama Virtual di rumah makan Kampung Nirwana, Cisauk, kami berempat menuju stasiun untuk kembali ke tempat masing-masing. Salah seorang dari kami bertutur, “semua orang yang pernah kuliah di Jogja selalu punya kenangan khusus. Selalu ingin kembali ke Jogja dengan perasaan sentimentil. Gitu kan? Kok aku sama sekali nggak.”

Kok bisa? “Mungkin karena selama 5 tahun kuliah aku nggak pernah punya pacar,” lanjutnya mencoba mengurai. Entah penjelasan itu serius atau cuma bercanda.

“Nggak harus punya pacar kali untuk memiliki kenangan khusus. Misal pergi sama teman-teman, nongkrong minum kopi jos di angkringan dekat stasiun, saat-saat nggak punya uang cuma makan gorengan di Warung Burjo, foto-foto di depan Tugu, jalan merem di alun-alun, atau apalah kenangan khusus khas Jogja sama teman-teman, masa nggak ada berbekas?” selidik saya.

“Nggak ada yang benar-benar berkesan, semua biasa saja,“ sahutnya, dia yang oleh teman-teman dijuluki Putra Altar (alumnus fakultas Teknologi Pertanian, angkatan 1980an akhir, silakan tebak nama aslinya! Yang bisa menebak paling cepat dengan benar, dapat doorprize dari Komp*s. :D).

Itu satu contoh alumnus mahasiswa Jogja yang tidak biasa, tidak merasakan romantika Jogja. Uh, sayang sekali. Sangat berbeda dengan saya, yang melihat lampu Jogja dari balik jendela kereta saja sambil membatin “Jogja sweeeeet bangetlah”. Banyak kenangan manis, asam, asin yang tak terlupakan di kota itu.

Dan saya yakin banyak yang sama dengan saya, punya kenangan khusus tentang Jogja yang istimewa. Ketika di tengah acara Syawalan, saat MC Komandan Hasto Atmoko membagikan doorprize, sebelum melemparkan pertanyaan-pertanyaan ke peserta, berkisah terkait kampus UGM dan sekitarnya. Setiap peserta punya kenangan kuat yang berbeda di zamannya. Misalnya kenangan terkait Yu Darmi di era 1980an, kenangan perjuangan para aktivis menurunkan Soeharto di era 1990an, dan kenangan disidak Ustad Maulana di era 2000an. 🙂

Lalu, muncul seorang asing, di luar peserta, menghampiri dan bertanya, “apakah ini alumni UGM? Saya kebetulan sedang bersama keluarga di sini, samar-samar mendengar Jogja dan UGM disebut,” ujarnya. Dia alumni Fakultas Pertanian angkatan 80an, sempat memeriksa presensi untuk mengetahui apakah ada teman yang dikenalnya. Keterikatan yang kuat tentang Jogja membuat sinyalnya langsung nyala.

Syawalan KV Jabodetabek pada Sabtu, 01 Agustus 2015 kali ini diselenggarakan di Cisauk, tempat yang bagi sebagian kami, jauh nggak ketulungan. Namun, jarak tidak menghalangi untuk datang. Di Cisauk atau di manapun, tetap rasa Jogja. Menurut salah salah seoarang peserta, “Di acara ini aku senang karena akrab. Menunjukkan ciri khas UGM, sederhana.” Andreas Maryoto, Teknologi Pertanian, angkatan 1989. Acara dihadiri oleh sekitar 60 peserta, lintas angkatan, lintas jurusan. Mulai dari angkatan 70an hingga 2010an. Sebagian besar dari kami sudah saling kenal di reuni-reuni kecil sebelumnya, tapi belum tentu kenal saat di kampus dulu. Ya iyalah, kan banyak yang beda zaman. Semua saling terhubung melalui grup Kagama Virtual di Facebook.

Acara dimulai pukul 10.00, dibuka dengan perkenalan masing-masing. Selanjutnya permainan, pembagian doorprize sambil makan siang, dan bebas bercengkrama. Satu hal yang selalu dilakukan dalam pertemuan terencana KV adalah tiap peserta diberi tagname untuk memudahkan mengingat nama. Perlu disebut “pertemuan terencana” karena banyak sekali pertemuan/kopdar KV yang spontan. Dan, salah satu hal yang menyenangkan dari komunitas ini adalah interaksi yang setara, tidak memandang status dan jabatan, tidak ada Almukarram ataupun Yang Terhormat, kalau yang Tergila mungkin ada (silakan cek foto-foto acara!).

Kali ini ada game-game seru. Sekitar 22 orang terlibat aktif dalam permainan yang dipandu Mbak Istiqomatul Hayati, yang kece badai. 🙂 Permainan dibagi menjadi 3 kelompok, sebagian dari mereka pasangan suami istri. Tetapi yang pasangan tidak boleh dalam satu kelompok. Permainan tersebut di antaranya tutorial jilbab oleh pria untuk pria, merias wajah pria, mencari koin dalam tepung pakai mulut, dan origami ala-ala anak TK. Lhoh alumni UGM kok mengadakan permainan nggak penting kayak gitu? Haha. Baiklah, terserah kita mau memandang ini seperti apa. Ini waktu berkualitas bersama-sama teman-teman untuk menciptakan kenangan manis yang tak terlupakan. Dalam acara yang penuh canda tawa yang lepas lebih meninggalkan kenangan manis daripada diskusi ndakik-ndakik dalam seminar kan? Haha. Para alumni ini juga orang-orang yang profesional di bidang masing-masing, diajak diskusi ndakik-ndakik juga bisa. Namun, untuk kali ini lupakan itu semua, mari bersenang-senang. Jika ingin kenal mereka lebih dalam, sebenarnya acara-acara kopdar KV bukan sekadar senang-senang, ada penggalangan dana beasiswa, membantu sesama, diskusi, donor darah, dll. Bagi para perantau seperti saya, tinggal di kota asing, menemukan teman-teman yang terikat oleh sejarah yang sama, pernah sekolah di tempat yang sama, dengan ikatan persaudaraan yang erat adalah sebuah kebahagiaan.

Salah seorang peserta yang terlibat permainan membagi kesan. “Tadi asyik, tapi panas karena pas jam 12. Tapi nggak papa sih. Menyenangkan, tapi masih ada yang malu-malu, ada yang baru. Lain waktu, semoga lebih banyak lagi yang datang,” ujar Krisma Perwitasari, Teknik Sipil 2008.

Peserta yang tidak ikut permainan di taman, ngobrol di sejumlah meja. Nah, kalau di sini ada ngobrol santai tema serius terkait perkembangan baru di berbagai bidang. Ini bukan diskusi yang terarah, tapi dari berbagi pengetahuan lewat obrolan macam ini, itu sudah sesuatu. Di sini ada komandan tentara, pengacara, dosen, peneliti, tim sukses presiden (eh), pemangku kebijakan dalam satu meja, dan perakit bom (ups, yang terakhir canda!). Mereka bisa ngobrol tingkat tinggi sampai gojek kere. Bahkan ada yang datang ke acara macam ini karena sebelumnya tertarik dengan obrolan santai  semacam ini, “Tadinya saya bolak-balik mikir mau datang nggak, tempatnya jauh banget, tapi saya ingin nyoba kereta (Commuterline). Saya ikut ngobrol gabung sama bapak-bapak di meja. Saya dapat informasi baru yang menarik dan aktual. Tentang sumber-sumber yang bisa didaulat. Dari acara  ngobrol seperti ini, tahu informasi terbaru sudah sesuatu yang bagus, ” tutur Mbak Ino Von Kiara, Elektro 1980.

Acara syawalan ini bukan hanya untuk muslim, melainkan buat siapapun alumnus UGM. Teman-teman yang hadir dari berbagai latar agama dan kepercayaan. Memperat tali pertemanan dan persaudaraan dengan berbagi keceriaan. Di era isu keragaman keyakinan seringkali bisa memicu perselisihan, kerukunan seperti ini akan dirindukan. Saya kira, Tuhan juga senang melihat kebersamaan indah ini. Secara keseluruhan acara berjalan lancar. Meskipun demikian, ada beberapa catatan yang disampaikan peserta, yaitu “Acaranya kurang terstruktur, konsepnya kurang,” ujar Meri Kurniawan, Ekonomi 1992. Selain itu, “Tahun depan agar lebih rapi. Gamenya lebih seru, kali ini anak-anak kurang terlibat, lain kali lebih dilibatkan,” pesan Mbak Dariah Suhaedi, Kimia 1992. Baiklah, itu mungkin bisa menjadi catatan untuk panitia acara selanjutnya.

Untuk acara syawalan santai seperti ini ketua panitia acara, Arwan Kurniawan (Pertanian 2005) menyampaikan, “Di acara seperti ini, diharapkan Kagama bisa bersatu, tidak terkotak-kotak lagi setelah pemilu presiden. Halal bil Halal ini  menjadikan kita semakin akrab, saling mengenal satu sama lain. Hubungan akrab dalam bisnis maupun kekeluargaan”. Saat interaksi di media sosial, beberapa di antara kami memang ada saja yang terlibat berdebatan dengan sedikit berlebihan, termasuk saat menjelang kampanye Pilpres maupun sesudahnya. Kopdar seperti inilah yang kemudian bisa mencairkan. Terima kasih untuk satu hari yang menyenangkan.

Depok, Agustus 2015

Laeliyaa

Syawalan Serba Salak

Setelah menempuh perjalanan motor Kebumen—Jogja selama nyaris 5 jam, pagi itu Selasa 21 Juli 2015, sampailah saya di tempat acara Syawalan Kagama Virtual di Desa Wisata Kelor, Turi, Sleman. Perjalanan lazimnya mencapai 3—3,5 jam. Namun, saya kesulitan mencari lokasi, padahal sudah bawa peta manual. GPS tidak berfungsi karena sinyal antara ada dan tiada. Ini masih di wilayah Jogja kan? Haha. Juga sempat nyasar berputar-putar membelah jalan setapak di kebun salak. Di daerah itu memang membentang kebun salak di mana-mana.

Segera setelah sampai lokasi, saya menemui sejumlah teman yang duduk di meja penerima tamu di samping gazebo. Nampak sebuah rumah tua berdinding bambu yang di dalamnya terbentang aula luas. Jajanan pasar seperti ketela pohon rebus dan klepon terhidang di meja emperan rumah. Tersedia minuman panas teh dan secang, tinggal pilih. Tak lupa sekeranjang salak yang bisa dipastikan memetik di kebun sebelah. Di depan rumah, sejumlah sosok tak asing duduk menghadap meja tamu. Salah satunya, Mbak Destina Kawanti (Biologi 1992), yang mencatat pendaftaran. Saya sudah kenal sebelumnya, bertemu kali pertama di acara reuni Goes Green 2012 dan selanjutnya saling interaksi di media sosial. Setiap peserta yang mendaftar diberi label nama untuk memudahkan mengingat nama satu sama lain.

Beberapa wajah familiar, tapi belum pernah berjumpa langsung. Di antaranya Pinjung Nawang Sari, Mbak Yunita Makarim, Pak Gusti, Pak Boy, Mbak Ratih Puspita (juragan cerita humor), dan Mas Gebyar Andono.  Saat bertemu kali pertama, seperti yang sudah-sudah dalam kopdar dengan teman sealmamater, langsung bisa akrab seolah berjumpa teman lama. Padahal beda jurusan, beda angkatan. Selain juga karena selama ini sudah saling familiar di media sosial.

Setelah ngobrol sana sini, ternyata bukan hanya saya yang kesulitan mencari tempat tersebut. Siapa sih yang milih lokasi? 🙂 Sst… acara itu konon awalnya dimaksudkan untuk sepeda bersama dengan rute menjelajah area di sekitarnya. Namun, karena satu dan lain hal, menurut koordinator Acara, Mas Eka Priastana Putra, Akuntansi 1992, acara bersepeda hanya diikuti oleh beberapa peserta, tidak bisa melibatkan semua. Bentuk jalanan dan rute memang cocok untuk gowes, jalanan mulus dan lumayan sepi. Oh ya, saya curhat begini bukan sedang komplain soal tempat acara, saya apresiasi teman-teman yang sudah mengusahakan acara ini hingga terselenggara dengan meninggalkan kesan yang menyenangkan. Sedangkan saya tinggal datang, menikmati hidangan, dan ngobrol dengan teman kiri kanan. Mencari alamat lokasi acara yang jauh dari kota dengan kendaraan motor dan tidak sendirian, buat saya cukup menantang dan tentu menjadi satu kenangan tak terlupakan. 🙂

Saya datang bersama seorang ponakan, dia yang mengendarai motor sepanjang perjalanan. Jadi nyasar pun, setidaknya ada teman. Oh ya, peserta memang boleh membawa keluarganya. Sebelumnya di undangan acara via Facebook, memang sudah diumumkan terkait bisa membawa pasangan dan anak-anak. Juga diberitahu untuk membawa baju ganti jika tertarik ingin main di air. Acara dimulai pukul 10.30 dengan pembawa acara Mbak Lucy Laksita, penyiar kondang di Jogja. Ada banyak kegiatan yang merekatkan para alumni dan keluarganya. Pertama, lomba menangkap ikan di kolam untuk anak-anak. Kegiatan ini diikuti hampir semua anak. Hasil tangkapan mereka dibakar saat itu juga untuk lauk makan siang. Kedua, pertandingan sepak bola untuk peserta alumni lelaki, dibagi dua grup. Grup Pak Gusti Ngurah Putra (Komunikasi 1980an) dan grup Pak Boy Rahardjo Sidharta (Biologi 1980an). Acara ini paling gayeng karena riuh suporter yang teriak-teriak memberi semangat. Ketiga, lomba berjalan menyeberang air kolam untuk dewasa dan anak-anak. Sekilas lomba ini terkesan gampang, tetapi saat para orang dewasa mencobanya banyak yang tak sanggup, limbung di tengah jalan. Keempat, lomba menangkap bebek untuk anak-anak.

Peserta yang  datang, baik alumni maupun keluarganya, mencapai 150 orang. Lintas angkatan, lintas jurusan. Jumlah yang sangat fantastik mengingat tempat acara jauh di pedamalan kebun salak. Eh, salak lagi. Hihi. Mulai dari angkatan 1970an hingga angkatan 2010an. Dari masing-masing dekade, setidaknya satu yang mewakili memberikan kesan terhadap acara ini.

“Seru banget, benar-benar erat. Ketemu teman-teman baru. Selama ini di dunia kerja saya lebih banyak ketemu lelaki, jadi di sini ingin ketemu teman-teman perempuan,” ujar Mbak Nunung Sukiman, Teknik Sipil 1978, dosen universitas swasta di Jakarta. Oh ya banyak teman-teman alumni yang sehari-hari tinggal di Jakarta, saat itu kebetulan mudik di sekitar Jogja, menyempatkan datang. Contohnya Mas Iskandar Eoq Wibisono dan Rika Tsan, keduanya bukan wajah baru, biasa muncul di kopdar Jabodetabek. Termasuk saya, sehari-hari di ibukota, mudik ke Kebumen, menyempatkan ke Jogja. Ah, Jogja memang magnet untuk siapa saja yang pernah tinggal di sana. “Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu.” demikian penggalan lirik lagu “Yogyakarta”. Sebagian yang lain, punya alasan tersendiri hadir di sini.

“Ini tempat berkumpul sebagai rasa bersyukur dan silaturrahim. Saya merasa lebih muda lagi. Buat perbandingan diri sendiri, sekolahnya dulu di tempat yang sama, kok jadinya beda-beda, dan enjoy saja. Kebetulan saya dulu teman kos Jokowi, dia jadi presiden dan saya menekuni bidang saya,” tutur Hermanto yang dikenal sebagai pemilik usaha bernama Magnet Jogja, alumnus Sosiatri 1982.

“Aku wis langganan datang kopdar. Komunitas ini cair dan asyik. Kalau bukan komunitas ini, aku belum tentu datang. Sebagian sudah kenal, interaksi dengan teman-teman juga menarik. Untuk anak-anak acaranya juga bagus, mengalir. Aku ikut bal-abalan, ngegolin satu ke kelompok yang kalah,” urai Ary Lesmana, Komunikasi 1991. Saran dari Ary untuk ke depan, “acara yang berbau seni, termasuk untuk anak-anak, belum terwakili. Semoga lain waktu bisa ada.”

“Beberapa orang selama ini hanya interaksi di dunia maya. Mumpung ada momen kumpul bareng, nambah teman, nambah saudara, atau juga ‘saudaranya saudara’. Acara ini menyenangkan, tidak ada batasan usia, berbaur jadi satu. Mungkin karena alumni UGM supel-supel,” tutur Pinjung Nawang Sari, Pertanian 2002, dosen muda UGM. ‘Saudaranya saudara’ yang dimaksud Mbak Pinjung sudah ditemukan belum ya? Mari bantu dia mencarinya. Haha.

“Saya baru lulus tahun 2015 ini. Ini baru pertama kali mengikuti acara pertemuan alumni. Ingin tahu di luar sana kegiatannya seperti apa. Tambah link juga,” ujar Amanda, Pertanian 2011 yang datang bersama mantan dosennya, Pinjung (lagi). 🙂

Acara juga dihadiri oleh Rektor UGM yang baru saja menjabat, Ibu Dwikorita Karnawati (Teknik Geologi 1983). Beliau menyampaikan, “Acara seperti ini sangat penting untuk menghubungkan para alumni, mengumpulkan balung pisah, mendekatkan, dan silaturrahim. Juga, saling mendengarkan, saling sharing, siapa tahu ada jalan keluar di kemudian hari. Seperti tadi soal gifted children.” Saat itu ada alumnus membawa putrinya yang memiliki bakat khusus, usia 15 tahun diterima di UGM. Bu Rektor juga berharap pertemuan seperti ini bisa membuka peluang manfaat untuk banyak pihak.

Seorang alumni yang sedang mendapatkan perawatan intensif sekian bulan ini, Yuslan (Teknik Kimia, 1997) juga datang. Yuslan adalah alumni UGM yang saat mahasiswa semester awal mengalami kecelakaan berat hingga kehilangan banyak memori. Hal tersebut membuatnya sulit berinteraksi dengan lingkungan sehingga selalu butuh perawatan dan perlindungan. Setelah kecelakaan dulu, Yuslan sempat hilang sekian tahun hingga akhirnya ditemukan dalam keadaan butuh perawatan RS dan kemudian dirawat oleh sejumlah alumni UGM. Salut buat teman-teman yang memiliki jiwa sosial tinggi, saling membantu tanpa pamrih. Keterikatan kuat dengan almamater dan pertemanan yang erat membuka jalan untuk membantu yang membutuhkan dan mengatasi masalah-masalah yang bisa diselesaikan bersama.

Saat makan besar, ada menu tak biasa. Tumis salak dan sambal salak. Banyak peserta, termasuk saya, baru kali pertama mencoba menu tersebut. Perfomanya seperti jamur, tapi rasanya beda. Banyak yang terkecoh. Saya kira hampir semuanya terkesan dengan menu tersebut. Enak dan jadi terinspirasi untuk kelak mencoba menumis salak. Oh ya, peserta juga mendapatkan sebungkus daun mint gratis yang dipetik dari kebun Mbak Sribudi Astuti, Pertanian 1994. Juga tersedia buku gratis dalam jumlah terbatas, yang ditulis oleh Mas Adi Mardianto, alumnus Psikologi. Tidak lupa tandatangan dan foto bersama penulisnya. 🙂

Saat tiba acara sesi foto bersama, mulanya akan foto bersama tiap fakultas. Dimulai dari fakultas Biologi. Kenapa Biologi? Karena itu fakultas saya. Eh, bukan. Karena Biologi diawali huruf B, dibandingkan dengan nama fakultas lain, Biologi menempati urut pertama berdasarkan urutan abjad. Dalam berbagai acara di kampus dulu, seperti wisuda, biasanya juga fakultas Biologi dipanggil yang pertama. Alumni Biologi yang hadir hanya 5, angkatan berbeda-beda. Saat alumni Biologi sudah berbaris berderet siap dipotret, tiba-tiba teman lain satu persatu berlarian ingin ikut foto, semua ngaku lulusan Biologi. Akhirnya batal foto perangkatan. Haha.

Kembali ke Mbak Destina yang saya temui di awal kedatangan, mengenai acara itu, “Owh… kesannya seru, anak-anak ceria. Mereka bisa main air puas.” Kegiatan berjalan menyenangkan dan lancar, meskipun tidak ada struktur kepanitiannya. Acara dikerjakan atas kerjasama banyak pihak yang rela lebih repot daripada peserta, termasuk Mbak Ratih Puspitasari, Mas Eko Eshape, dan Mas Sulastama Raharja (Teknik Geologi 1994) yang terlibat aktif menangani terselenggaranya acara meskipun dia jauh di California, Amerika Serikat.  Masukan dari Mbak Destina untuk ke depan adalah, “ada acara yg saling mengenalkan atau kemasan ke situ jadi lebih akrab kenal satu sama lain.“

Acara selesai pukul sekitar pukul 15.30. Nampak beberapa anak, pulang dengan wajah berseri-seri menggendong bebek hasil tangkapannya. Makanan masih tersisa banyak, beberapa ibu-ibu maupun bapak-bapak membawanya pulang untuk oleh-oleh. Saya juga, mengantongi beberapa salak. Saya mengambil buah berkulit cokelat itu sembari tersenyum sendiri, mengingat tadi pagi yang nyasar muter-muter di kebun salak. Sejumlah orang dewasa melanjutkan kopdar malam di salah satu rumah makan untuk membahas soal pendidikan berbasis sumber daya alam, dimoderatori oleh Mbak Aula Wijiasih. Saya tertarik gabung, tetapi tidak memungkinkan. Saya janji malam itu menemani ponakan jalan-jalan ke Malioboro, dan selesai sudah larut malam. Kemudian nginap di rumah Mbak Bibien Bintang Wisnuwardani, terima kasih banyak atas tumpangannya. Saya pulang esoknya pagi-pagi sekali karena siangnya mendadak harus kembali ke Ibukota. Aku terlupa membawa salak kemarin yang kusimpan di meja rumah Mbak Bibien. Haha.

Agustus 2015

Laeliya

Outbond dan berkebun untuk Kagama Virtual (Kavir) dan keluarga

Sudah lama tak ada acara kumpul bareng. Panitia KGG II (Kagama Goes Green II) akan mengadakan outbond anggota Kagama Virtual (KaVir) dan berkebun bagi anak-anak anggota KaVir (little farming).

Kapan? Dimana? Berapa kontribusinya?
Hari minggu, 22 Desember 2013 jam 08.00-selesai.

Kawasan Outbondholic Ancol (utk outbond) dan area little farming di Eco Convention Park (utk berkebun).

Kontribusi outbond Rp 100.000 (termasuk makan siang dan tiket masuk kawasan Ancol dan Outbondholic, tarif normal Rp 120.000 diluar konsumsi).

Bagi 20 peserta berkebun untuk anak-anak (usia : 3-13 tahun) pertama akan mendapatkan GRATIS biaya masuk (di luar biaya makan siang, Rp 40.000).
Setelah kuota 20 anak terpenuhi, kontribusi dikenakan Rp 90.000 (termasuk makan siang, biaya masuk kawasan Ancol dan Eco Convention Park).

Acara outbond ini juga akan memberikan merchandise KaVir pada member ke 10,001.

Utk kontribusi, silakan transfer ke rekening Utty Damayanti , BCA 5235145569.
PIC acara outbond KaVir : Rika (085 7774 200 39).

Disclaimer :
Bagi peserta, terutama berkebun, diharapkan membawa pakaian ganti dan peralatan bersih-bersih diri.

Meeting point berangkat (boleh diusulkan titik2 yg lain) : blok M, Depok, …

Salam,

Lestari Octavia

Catatan dari Panitia Lomba Cerpen KAGAMA VIRTUAL 2013

Kegiatan ini terselenggara berawal dari kerinduan untuk membiasakan dan membudayakan menulis di antara teman-teman alumni UGM yang tergabung dalam KAGAMA (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada ) VIRTUAL. Banyaknya bioskop dan film-film yang dapat diunduh secara gratis membuat dunia membaca dan menulis banyak ditinggalkan. Kami mengamati setiap hari puluhan thread di Grup Facebook Kagama Virtual muncul dengan dinamika diskusi yang tinggi. Kadang kami menemukan mutiara –mutiara pemikiran yang bernilai dalam lautan thread, tetapi hanyut begitu saja. Oleh karena itu dimulailah dengan mengumpulkan blog teman-teman dan mengambil beberapa tulisan untuk dimuat di website www.kagamavirtual.com. Selanjutnya dari diskusi sejumlah alumni, muncul pemikiran yang sama untuk menerbitkan buku. Pilihan pertama adalah membuat antologi cerpen karya teman-teman dan umum. Pembuatan antologi bertujuan meningkatkan mutu tulisan sehingga dibuatlah lomba cerpen untuk umum.

 Kami berharap kegiatan ini menjadi suatu event tahunan, rutin, dan dipertimbangkan dalam karya tulis dan sastra di Indonesia. Panitia Pelaksana adalah AM Lilik Agung, Aroem Naroeni, dan Nur  Laeliyatul Masruroh dengan dukungan dari teman-teman KAGAMA. Pengumuman lomba cerpen mulai dipublikasikan sejak Selasa 1 Oktober 2013 dan waktu akhir pengiriman 11 November 2013. Tema cerpen: “Kisah Masa-Masa Kuliah (Isih Penak Jamanku tho?)”.

 Pada pertengahan Oktober 2013,  baru 21 cerpen masuk, kemudian publikasi digencarkan dengan menyebarkan ke berbagai jaringan media sosial, kampus-kampus di Jakarta, dan tentu saja di kampus UGM. Pada minggu terakhir, 100 naskah cerpen masuk. Lalu pada tiga hari sebelum tanggal penutupan pengiriman naskah, 150 naskah cerpen masuk. Bahkan hingga beberapa hari setelah tanggal penutupan, naskah masih terus berdatangan. Naskah yang datang melewati batas waktu yang ditentukan, sayang sekali tidak bisa diikutkan lomba.

 Oleh karena banyaknya karya yang masuk dan melebihi perkiraan, juri yang terdiri dari Wahyu W Basjir, Tulus Wijanarko, Andreas Maryoto, Sopril Amir, Dwi Nastiti Arumsari Oscar, Suluh Pratita, dan  Sulastama Raharja memutuskan untuk memperpanjang waktu penilaian. Butuh tambahan waktu untuk mereka membaca dan menilai semua naskah yang masuk. Peserta terbuka untuk semua alumni UGM (termasuk panitia) dan umum. Hanya para juri yang tidak diijinkan mengikuti lomba. Para juri menerima naskah tanpa nama peserta sehingga penilaian dilakukan secara objektif sesuai kriteria yang telah ditentukan.

 Total naskah cerpen yang masuk dan bisa disertakan lomba sebanyak 248 dari 213 penulis. Sebanyak 52 peserta atau 24,4% di antaranya adalah mahasiswa dan alumni UGM. Naskah berasal dari seluruh penjuru Indonesia, sampai kabupaten-kabupaten kecil di Jawa, Kalimantan, Sumatra, NTT dan lain-lain. Bahkan ada peserta dari alumni UGM yang tinggal di luar negeri.  Penulis sangat beragam, dari usia SMP sampai pensiunan, dari penulis profesional sampai yang baru saja menulis untuk kali pertama. Mungkin inilah kekuatan dunia media sosial yang mampu menyebarkan informasi ke berbagai penjuru.

Akhirnya dari 248 naskah cerpen itu terpilih pemenang sebagai berikut :

Juara I : Dua Arus Selokan Mataram. Pengarang : Hanif Junaedi Ady Putra (mahasiswa Fakultas Hukum UGM).

Juara II : Kedarpan. Pengarang : Hasanudin Abdurakhman ( alumnus FMIPA UGM)

Juara III : Lanang. Pengarang : Midun Aliassyah (mahasiswa Pasca Sarjana UGM.

 Juara Harapan I : Sebelum Telepon Berdering. Pengarang : Kun Adyan Anindito (mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

 Juara Harapan II : Drupadi dan Lelakinya. Pengarang : Maya Saputri (penulis dan jurnalis)

Juara Harapan III :Tersangka Teroris Itu Teman Istimewaku di Masa Lalu. Pengarang : Nur Laeliyatul Masruroh (penulis, editor, dan alumnus Fakultas Biologi UGM)

Yang masuk dalam antologi:

1. Apa yang Mungkin dari Pintu Itu. Pengarang : Asef Saeful Anwar (mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada).

2. Perjumpaan di Candi Prambanan. Pengarang : Sunaryo Subroto (alumnus Teknik Kimia UGM).

3. Menikah. Pengarang : Haji Arif Arofah (Nama Pena : Hara Hope), penulis, dan alumnus UIN Sunan Kalijaga,Yogyakarta.

4. Saputangan Merah Jambu. Pengarang : R. Toto Sugiarto(penulis dan alumnus Fakultas Ilmu Budaya, UGM)

Pemenang Favorit dan yang akan menjadi cover  buku : Tersangka Teroris Itu Teman Istimewaku di Masa Lalu. Pengarang : Nur Laeliyatul Masruroh (penulis, editor, dan alumnus Fakultas Biologi UGM)

Para pemenang mendapatkan hadiah. Juara I : 3 juta+hadiah dari sponsor. Juara II : 2 juta +hadiah dari sponsor. Juara III : 1 juta + hadiah dari sponsor. Harapan I : 500 ribu + hadiah dari sponsor. Harapan II : 500 ribu + hadiah dari sponsor. Harapan III : 500 ribu + hadiah dari sponsor. Favorit : 1 juta + hadiah dari sponsor.

 Pengumuman pemenang diselenggarakan di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, pada Kamis, 12 Desember 2013, dikemas dalam Dialog Budaya dengan pembicara Anthony Dio Martin (psikolog dan pembicara publik) dan Andrias Harefa (penulis dan pembicara publik). Host acara AM Lilik Agung.

Semua pemenang dan semua peserta lomba cerpen akan mendapatkan buku antologi cerpen.

Buku antologi cerpen ini akan diterbitkan atas biaya Sampoerna Foundation, oleh PT Elex Media Komputindo. Selain dijual di toko buku Gramedia, buku ini akan disebarkan ke perpustakaan-perpustakaan sekolah di seluruh Indonesia yang memerlukannya, didistribusikan oleh TNT, dan disalurkan melalui Indonesia Mengajar. Panitia mengucapkan terima kasih kepada:

1.      Sampoerna Foundation

2.      PT Elexmediakomputindo

3.      TNT

4.      Galeri Indonesia Kaya

5.       Sinergi

6.      Seluruh pihak yang mendukung kegiatan ini.

Pemenang Lomba Cerpen KAGAMA VIRTUAL

 Cover Buku
Cover Buku

Juara I : Dua Arus Selokan Mataram
Pengarang : Hanif Junaedi Ady Putra, Mahasiswa Fakultas Hukum UGM

Juara II : Kedarpan
Pengarang : Hasanudin Abdurakhman, Alumnus FMIPA UGM

Juara III : Lanang
Pengarang : Midun Aliassyah, Mahasiswa Pasca Sarjana FIB UGM

Juara Harapan I : Sebelum Telepon Berdering
Pengarang : Kun Andyan Anindito, Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

Juara Harapan II : Drupadi dan Lelakinya
Pengarang : Maya Saputri, Penulis, Jurnalis

Juara Harapan III :Tersangka Teroris Itu Teman Istimewaku di Masa Lalu
Pengarang : Nur Laeliyatul Masruroh, Penulis, Editor, Alumnus Fakultas Biologi UGM

Yang masuk dalam antologi :

1. Apa yang Mungkin dari Pintu Itu
Pengarang : Asep Saeful Anwar, Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.

2. Perjumpaan di Candi Prambanan
Pengarang : Sunaryo Broto, Alumnus Teknik Kimia UGM

3. Menikah
Pengarang : Haji Arif Arofah (Nama Pena : Hara Hope), Penulis, Alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

4. Saputangan Merah Jambu
Pengarang : R. Toto Sugiarto, Penulis, Alumnus Fakultas Ilmu Budaya, UGM

Pemenang Favorit dan yang akan menjadi cover Buku :

Tersangka Teroris Itu Teman Istimewaku di Masa Lalu, Pengarang : Nur Laeliyatul Masruroh, Penulis, Editor, Alumnus Fakultas Biologi UGM

Pengumuman Lomba Cerpen, Pentas, dan Dialog Budaya

Kepada

Yth. Peserta Lomba Cerpen Kagama Virtual

di tempat

Hal : Undangan Pengumuman Lomba Cerpen

Dengan hormat, Kami atas nama penyelenggara Lomba Cerpen Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada Virtual (Kagama Virtual) mengucapkan terimakasih atas partisipasinya dalam lomba cerpen yang kami selenggarakan. Sehubungan dengan lomba tersebut kami mengundang untuk menghadiri acara dengan rinci sebagai berikut:

Acara : Pengumuman Lomba Cerpen, Pentas, dan Dialog Budaya

Hari : Kamis, 12 Desember 2103

Tempat : Galeri Indonesia Kaya West Mall, lantai 8 (samping Blitz Megaplex), Grand Indonesia Jl. MH Thamrin No 1 Jakarta Pusat

Acara : 17.00 – 18.00 wib : Registrasi dan hiburan musik

 18.00 – 18.30 wib : Pentas budaya

18.30 – 19.00 wib : Pengumuman pemenang

19.00 – 20.30 wib : Dialog budaya dan pentas budaya

 Pengisi acara : 1. Taufiq Rahzen (budayawan)

                        2. Nirwan Ahmad Arsuka (pengamat budaya)

3. AS Laksana (sastrawan)

                        4. Jay Wijayanto (pemusik, penyanyi klasik)

                        5. Mardiyah Chamim (wartawan)

Demikian undangan dari kami dan kedatangan dari peserta Lomba Cerpen Kagama Virtual sangat kami harapkan dalam acara ini.

Untuk konfirmasi aroem.naroeni@kagamavirtual.com

Asiknya Datang Reuni

Pertama kali datang reuni akbar Temu Kangen Kagama 2010, kesan saya super bete. Tak ada yang kenal, kesana kemari, lantang luntung seperti orang hilang. Saat itu datang bersama seorang sahabat. Di sana hanya bertemu satu sahabat yang lain, lalu berpisah. Kembali sendiri, dalam keramaian merasa sunyi, lalu pulang sambil gigit jari.

Ada beberapa orang terkenal yang saya pun tidak tahu caranya menyapa, kecuali Ikang Fauzi dan salah seorang artis. Itupun karena untuk kepentingan liputan. Rasanya saya pulang dengan tekad, saya tak ingin datang reuni lagi! Kapook. Kalau ada teman yang enggan mengikuti acara reuni kampus karena memiliki asumsi acara bakal bikin bete, penuh basa basi, dan semacamnya, saya bisa paham. Padahal, kalau tahu caranya, sebenarnya tidak bikin bete lho.

Lalu, saya kenal komunitas Kagama Virtual (teman-teman alumni yang banyak dipertemukan di dunia virtual). Selanjutnya disingkat Kavier/KV. Komunitas ini saya temukan di grup Facebook, mailing list, dan grup BBM. Selanjutnya, saya terima undangan reuni Donor Darah di MM UGM, Jakarta. Sepertinya  di situlah saya mulai merasakan sedang menemukan “keluarga” baru. Berikutnya, Mei 2012 ada kegiatan Fotografi ke Kepulauan Seribu, dibuka pendaftaran terbatas untuk 30an alumni. Saya ikut. Di sanalah saya merasa ada perbedaan signifikan. Saya merasa benar-benar menemukan keluarga baru, atau semacam sodara lama yang terpisah, lalu kembali bertemu. Reuni kali itu berhasil meninggalkan kesan terbaik di ingatan saya. Terima kasih Tongfaaang. Eh.

Selanjutnya tak terhitung lagi, entah berapa kali saya ikut kopdar Kagama Virtual. Malah jadi ketagihan kopdar. Mulai dari nongkrong ngopi, nonton pameran, kuliner, hingga karaokean. Lhoh kopdar kok isinya malah main? Hidup bukan melulu untuk meribetkan pemahaman yang berbeda (seperti di grup FB akhir-akhir ini), ada banyak cara untuk mencapai kebersamaan.  Yang berbeda tidak perlu diperuncing.  Dari acara-acara santai seperti ngopi-lah saya menemukan teman-teman alumni yang kemudian menjadi layaknya sodara.

Acara kopdar bukan hanya duduk manis, nonton orang ngisi sambutan ini itu, lalu menyimak pertunjukan di panggung. Namun, juga ada kegiatan yang manfaatnya lebih nyata seperti menanam pohon di Lereng Merapi, Lava Tour, melepas penyu di pantai, berburu objek fotografi, galang dana beasiswa untuk adik-adik UGM, ataupun pendampingan anak jalanan. Bahkan, kami pernah naik kereta rame-rame sebanyak 88 orang, serentak dari Stasiun Gambir menuju Jogja demi menyelamatkan lereng Merapi. Jiaaaah!

Untuk acara Temu Kangen kagama DKI, memang diadakan setahun sekali. Namun, untuk reuni/kopdar/ngumpul-ngumpul KV hampir tiap bulan ada saja agenda pertemuan. Nah, pertemuan-pertemuan seperti ini yang membuat alumni saling menemukan rasa kekeluargaan. Kalau tertarik ikut kegiatan-kegiatan KV atau ingin menemukan ‘sodara lama’, seringlah tengok grup KV di FB, atau mlipir ke salah satu teman yang aktif berkegiatan, nanti dikasih tahu kalau ada acara-acara kopdar. 😉

Tahun lalu, ada lomba joget dalam acara tahunan Temu Kangen 2012 di Ancol. Kagama Virtual berhasil juara II. Mereka menampilkan joget kuda jingkrak Gangnam Style. Saat itu joget Gangnam sedang ngetren. Saya pun ikut, bahkan teman-teman latihan di tempat saya satu hari sebelumnya.

Tahun ini sedang ngetren Joget Cesar, jadi dalam acara Temu Kangen 2013 diadakan lomba joget tersebut. Teman-teman KV ikut lagi, kali ini juara III. Kali ini saya tidak ikut. Sebelumnya saya dinasehatin teman agar jangan ikut. Kenapa? Soalnya ntar kalau ada  yang naksir saya, batal pedekate. :D. Joget saya fals, malu-maluin ajah. Atau, kalau ada calon mertua yang hadir, ntar batal menjadikan menantu. Hm, betul juga ya. Baiklah, saya tidak akan ikut Joget Cesar! Tapi oh tapi, musiknya itu memanggil-manggil buat joget, seolah mengatakan, kalau tertarik joget, apa salahnya gabung. Jadi, pada akhir acara, saya ikut joget dangdutan meski gerakan tetap fals. Bikin calon mertua yang lihat jadi mikir-mikir? Bodo amat! :p

Saat reuni terbaru itu tentu saja saya tak bete lagi. Kesana-kemari, saya bisa menyapa orang. Menyapa yang akrab, yang kenal, yang agak kenal, yang kenal di dunia virtual, hingga mencoba kenal dengan orang baru. Menyapa siapa saja yang bahkan sepertinya lupa sama saya. “Halo Mas, Mba, Pak, Bu, saya L…, kita pernah ketemu saat kopdar di bla bla.” Lhoh kok jadi sok akrab? Ya nggak lah. Mereka pun menyambut baik sapaan saya. Saya yakin siapa pun yang di sana, pasti juga ingin disapa dan menyapa orang lain.

Ada saatnya kita merayakan kebahagiaan, ada saatnya kita serius mengerjakan hal-hal penting yang lain. Dan yang sangat berharga adalah terjalinnya hubungan yang baik dan kebersamaan yang hangat dengan teman-teman. Mekaten.

 

~ L~

Depok, 22 Oktober 2013.

Acara Gelar Budaya di GBK Berlangsung Sepi, Kami Heboh Sendiri

“The puppet show from Jogja? Wow, it will be a great show!” ujar seorang bule asal Kanada di pintu gerbang Gelora Bung Karno (GBK) saat menanyakan kepada kami tentang ada apakah gerangan di Plaza Tenggara GBK, 13-14 Oktober 2012 lalu.

Bukan hanya bule itu yang membayangkan acara Gelar Budaya dan Kulineran Khas Yogyakarta itu akan berlangsung meriah, tapi juga kami. Mengingat cukup banyak warga di Jakarta yang memiliki ikatan khusus  dengan kota Jogja, mustinya acara ini akan menarik banyak massa ke sana. “Sekitar 30-an stand bagi peserta pameran kuliner dan kerajinan akan memeriahkan acara yang diharapkan dihadiri oleh sekitar 10-20 ribu pengunjung,” demikian harapan Ketua Panitia Paguyuban Warga Kota Yogyakarta (Pawarta) Bambang Wijatmoko seperti yang dikutip oleh berbagai media saat jumpa pers di perwakilan provinsi DIY di Jakarta, seminggu sebelum acara, Sabtu (6/10/2012) siang.

Hingga malam terus merangkak, Sabtu itu sepanjang jalan menuju area acara, sepi. Bahkan, ketika kami bertanya kepada orang-orang yang lalu lalang di area GBK tentang letak acara itu, mereka lebih banyak tidak tahu. Mungkin karena publikasinya yang kurang efektif. Kami menemukan selembar poster acara berukuran cukup besar ditempel di area gelap, yang pada jarak pandang 2 meter tak bisa dibaca.

makan

Atau entah faktor apalagi yang membuat acara itu kurang menarik pengunjung. Padahal acara di area terbuka itu berlangsung pada hari Sabtu-Minggu dan bahkan sore yang biasanya hujan, saat itu cuaca benar-benar cerah. Sepertinya kamilah, Kagama Virtual, rombongan paling banyak yang datang, untuk kemudian memenuhi meja panjang di salah satu stand mie Jawa.

makan lagi

Beberapa teman-teman Kagama memang sengaja kopdar Sabtu itu. Kopdar lagi? Yup, selepas Kopdar Pulau Rambut akhir Mei 2012 lalu, hampir tiap bulan, atau bahkan tiap minggu selalu saja ada acara kopdar. Ada saja alasan untuk bertemu. Entah apa yang teman-teman cari. Sebenarnya saya ingin sekali membuka isi kepala teman-teman. Jika bisa. Apa yang dicari dari pertemuan-pertemuan itu? Mungkin karena banyak kesempatan bersama diantara kami sebelum-sebelumnya, keterikatan batin itu tersimpul begitu saja. Hohoho.

Yang pasti karena tumbuhnya kepercayaan dan perasaan nyaman dalam berteman, yang membuat kami rela menembus macetnya Jakarta hanya demi sepotong sore bersama. Ada sebuah artikel yang mengatakan, kebahagiaan 5 menit bisa memberikan energi untuk 6 jam berikutnya. Itulah mungkin yang terjadi, kenangan yang menyenangkan bersama teman-teman akan terekam selamanya dan bisa menjadi tambahan energi ketika sewaktu-waktu dipanggil dari memori. Ciyuus? :p

Bagi-bagi brosur

Apa yang kami lakukan di sana? Bukan, bukan pentas seni. Kami hanya sibuk ngobrol ngalor ngidul tanpa tema, hingga kemudian setelah kenyang, dilanjutkan foto-foto, lalu pulang. Heh, itu saja? Ya. Eh, nggak ding. Kesempatan itu juga untuk merapatkan barisan mendukung agenda Kagama Goes Green, tapi lebih detailnya dibahas pada Jumat malam berikutnya. Tak lupa kami juga membagikan brosur acara tersebut kepada pengunjung.

dapet cemilan gratis setelah bagi brosur :p

Juga sebenarnya niat terdalam kami dalam acara tersebut ingin turut menghargai eksistensi kebudayaan Jogja. Sayangnya, acara berlangsung di luar perkiraan kami. Kami? Ada siapa saja? Mbak Aroem Noerani, Mbak Henni Yusuf, Mbak Utty Damayanti, Mas Ary Lesmana, Sagung Indriani Oka, Desti Isnaeni, Sofian, Nur Hidayati, Tisna Surya Adi, Putri Rhenary, Putri yang satunya lagi, Mbak Lestari Octavia, Mas Muhammad Shaleh, temennya Mbak Ayi, Mas Irfan, dan saya.

mie godhog. Btw, kok gak ada yang mendokumentasi kerajinan tangan ya? mikirnya makanan melulu. 😀

Saat itu sejumlah stand memang memamerkan sejumlah kerajinan seperti kain batik dan tas buatan tangan. Juga aneka kuliner khas Jogja. Namun, keheningan yang menyelimuti malam itu membuat suasana nyaris seperti kuburan, tanpa kehidupan. Termasuk panggung yang lengang. Karena malam terus merangkak sedangkan pagelaran wayang belum juga dimulai, kami memutuskan pulang. Tepatnya hendak bergeser ke acara Pameran Social Media di gedung sebelah. Berhubung ternyata untuk mencapainya harus memutar arah cukup jauh, setelah setengah perjalanan kaki, kami berubah pikiran kembali lagi ke area pagelaran wayang. Bukan karena ingin menonton wayang, tetapi karena lupa belum foto dengan background tersebut! Wkwk

nganti isin motone, jare Alfian. :p

Saat acara wayang dimulai, ada sekitar penonton sebanyak 4 baris duduk di kursi dalam tenda. Sebagian dari kami langsung pasang badan di depan area pertunjukan demi mendapatkan latar belakang gambar yang representatif. Si fotografer (Alfian) sampai malu mau potret, karena kami heboh sendiri, sedangkan pengunjung lain duduk manis sibuk menyimak. “Duh, dho ngopo kae? Isin aku..” keluhnya.:p.

Gak jadi nonton wayang, nonton penontonnya ajah. X_X

Selain Pagelaran Wayang Kulit  yang ber-tema ”Semar Mbangun Kayangan” dengan dalang Ki Seno Nugraha itu, sedianya akan diramaikan oleh tarian Angguk dan penampilan Bregada Prajurit Keraton Yogyakarta, serta Musik jalanan Malioboro. Namun, saat itu tidak kami temukan. Entah belum mulai atau mungkin malah sudah. Yang jelas malam itu tidak ada.

Setelah jepret-jepret di depan panggung wayang, sebagian kami bergeser ke bunderan HI, sebagian lagi pulang, karena paginya harus bangun pagi untuk persiapan agenda lain lagi. Sekitar pukul 23 malam, baru bubar. Jakarta Sabtu malam bukannya makin sepi, tetapi malah macet. “Taksi muacet pol sejak Al-Azhar sampai sekarang di Blok M Plaza.” cerita mbak Heni Yusuf via BBM dalam dalam perjalanan pulang, saat itu pukul 23 malam. Meski macet, mbak Heni mengaku pulang dengan membawa kenangan manis. Hayyaaah. :p. Saat itu saya sudah hampir terlelap di tempat tidur sembari mencatat dalam memori bahwa kebersamaan dengan teman-teman di sepotong sore itu menjadi catatan penting tersendiri. Selalu ada alasan untuk bersyukur.

Laeliyaa

Depok, Oktober 2012.

Cari Satu Cinta di Antara Ribuan Orang, Yang Kutemukan Kegilaan, Receh, dan Persahabatan.

oleh : Cindy Silvia Hadi
                 Berawal dari event Pesbuk tentang reuni kagama, aku mulai merencakan untuk bisa rehat sejenak dari rutinitas. Aku mengajukan jadwal cuti hingga bulan Desember nanti, dan atasanku hanya berkata “its okey.” Yes! Teriakku dalam hati. Di kalenderku tak mengenal weekend, dan tanggal bisa mendadak menjadi “merah” (libur) ketika ada kata “it’s okey” dari pihak yang berwenang.
                Satu minggu sebelum hari kebebasanku, aku memantau info-info kegiatan melalui gadget. “besok ber-gangnam versi jowo style ya” membaca sambil melongo dan garuk2 kepala. Apalagi nie ya? “Hatchi!!” video kiriman mba Laely masuk di BBM. Ngakak sendiria liat video nya.
                   Kamis malam aku sudah tiba di Bekasi. Kacamata, okey. Kain sifon, okey. Baju merah, okey. Kupastikan tak ada yang tertinggal, karena aku malas mencari2nya lagi.
           Jum’at…
             Sabtu…
              Horee, hari Minggu!!! Ini pertama kalinya naik kereta sendirian, antara ragu dan was-was. Berbekal informasi yang didapat, tiba di stasiun Klender pukul 07.30 dan  aku tidak ketinggalan kereta. Entah kenapa, hari itu sepertinya dress code nya merah, banyak banget orang berlalu lalang menggunakan baju merah. Berharap ada salah satu diantara mereka yang berniat datang ke reuni Kagama. Sepertinya harapan itu hanyalah sebuah harapan. Ha ha ha, hanya kebetulan banyak yang menggunakan baju merah. Meeting point nya di stasiun kota. Menunggu Indri yang terlambat datang, akhirnya aku memutuskan untuk sarapan pagi terlebih dahulu.
Indri dan Ndari datang… lets go to Ancol and we will having fun!!
Tidak pake bingung , tidak pake kesasa, kami tiba di Ecovention Hall Ecopark, banyak orang dominan menggunakan baju merah. Kalau yang ini tak diragukan lagi, pasti mau reuni Kagama. Di sini aku bertemu dengan teman-teman yang kenal berawal dari social media. Setelah bercipika cipiki, dan say hai, kami diajak untuk gladi bersih tarian Jowo Style. Dibilang gladi bersih, tapi nggak seperti gladi bersih. Ada yang sibuk menyapa teman, ada yang hanya melihat latihannya, dan ada sibuk dengan kameranya. Gladi bersih selama 20 menit, dirasa sudah cukup dan siap membaur dengan teman-teman lainnya.
                Aku bertemu dengan senior yang juga partner kerja selama 1 tahun, memang sengaja kami janjian disini. Tapi dia memilih untuk resign dan meninggalkanku seorang diri menjadi baby sister untuk para nila-nila ku… >_<
           Alumni paduan suara menjadi pembuka acara reuni. Tiba-tiba “maju… maju!” Apa ya? Dan ngapain ya? Aku mengikuti teman-teman Kagama Virtual berdiri di depan panggung tanpa mengerti maksud dan tujuannya. Ternyata menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Gadjah Mada dan diperkenalkan sebagai panitia “Kagama Goes Green”.
          Kami menunggu jadwal aksi panggung sembari bercakap-cakap, menyapa teman lama, makan, bercanda. “pertunjukan kedua, Kagama Virtual” duo MC memanggil kami. Diawali salto dari Alfian kemudian diikuti teman-teman yang bermodalkan “nekat” untuk meramaikan dan menunjukkan kekompakannya. Lagu berdurasi 2 menit, ditutup dengan atraksi ngesot dari Mas Irvan.
            Setelah berganganam ria, rasa nya kaki, tangan, dan badan masih ingin digerakkan. Kami selalu meramaikan dan membuat penuh pelataran panggung. Dan mungkin merusak suasana penonton yang hanya duduk di bangku. Ada sebuah lagu, aku lupa judulnya, ada beberapa alumni ke depan panggung dan menarikan poco-poco. Rasanya gerakan poco-poco yang sudah dikombinasikan kurang familiar bagi kami. Kami tetap bertahan di depan panggung tetapi sudah mulai tangan dan kaki di goyang, ajeb-ajeb.
               Bintang tamunya Ikang Fauzy dan Sammy Simonangkir. “Saya Alumni dari MM UGM, jika rekan-rekan alumni kasian pada saya, silahkan beli album saya yang di jual di Stan Depan” kata Ikang Fauzy. PROMO !!!
                 Kita heboh di depan panggung ternyata dilihat oleh orang orang penting sekelas Anis Baswedan, Roy Suryo, Rektor Ugm dan Sekjen PP Kagama Pak Budi Wignyosukarto.Tapi cuek aja tuh! Lanjutin lagi ajeb-ajebnya mang!
                   “Tiba-tiba cinta datang kepadaku, saat kumulai mencari cinta. Tiba-tiba cinta datang kepadaku, kuharap dia rasakan yang sama”
Hm, aku menemukan sesosok yang menarik, mau kenalan tapi nggak pede. Cukup curi-curi pandang. Intermezo! Kalimat Mbak Laely (2012) berikut ini mewakili apa yang yang ada di hatiku, “Sebenarnya saya mencari satu cinta di antara ratusan atau ribuan orang itu, tapi yang kutemukan kegilaan, receh, dan persahabatan. “
           Hohoho.
           Saat yang ditunggu tiba, pengumuman lomba tari spontanitas. “Juara 2, Kagama Virtual mendapatkan Rp. 1.500.000 ” ujar MC. Yippyy… !!! Beberapa dari kami bersorak-sorak. Untuk merayakan kemenangan kami, maka reuni kali ini ditutup dengan Foto keluarga Kagama Virtual. Dan hadiah tersebut akan kami sumbangkan untuk Beasiswa Kagama Virtual.
              Bagiku, Reuni kali ini selain bertemu dengan teman-teman tetapi juga berolahraga dan menggalang dana untuk Beasiswa Kagama Virtual. Capek, seneng, dan pengen ikut lagi.
Menantikan Reuni “Kagama Goes Green” yang akan diadakan di Yogyakarta tanggal 8-9 Desember 2012. kalau kata mba Aroem “Aku tak lagi Virtual.