DERU (Disaster Response Unit) UGM bantu korban Banjir Jakarta

Mari kita peduli kepada para korban Banjir Jakarta. Salurkan bantuan anda melalui rekening UGM Peduli Bencana, atas nama Rektor UGM di Bank Mandiri dengan no rekening 137.0000.767.778 (SWIFT Code: BMRIIDJA)

Runner dan Goweser kota

Tim DERU UGM tiba di Jakarta hari ini. Tim yang sudah terbiasa menangani masalah bencana ini akan mulai bergerak setelah bekerja sama dengan tim lainnya yang sudah lebih dulu ada di lokasi dan sudah bergerak dengan sistem kerja masing-masing. DERU adalah singkatan dari Disaster Response Unit yang dibentuk khusus untuk menangani bencana yang ada dan mendokumentasikannya sebagai pembelajaran untuk penanganan selanjutnya.

Kepastian datangnya DERU di Jakarta kuketahui kemarin melalui pesan masuk dari pak Budi WS, wakil rektor UGM Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset :

“Sebagai respon terhadap musibah bencana banjir yang terjadi di Jakarta, maka UGM pada sore hari ini pukul 17.00 akan mengirim 30 relawan dosen dan mahasiswa dari berbagai fakultas, pusat studi dan UKM Kemahasiswaan.

Tim yang bergabung dalam Disaster Response Unit (DERU) LPPM UGM ini akan menempati Posko utama di Kampus UGM Jakarta di jln Saharjo Jakpus, kemudian bersama dgn Kagama DKI membuka posko lapangan di…

View original post 387 more words

Pemenang Lomba Foto #KagamaGoesGreen

Juara 1 Kategori DSLR/Mirrorless : ‘We Are The Champions’ oleh Ary Lesmana

Juara 2 Kategori DSLR/Mirrorless : ‘Warisan untuk Anakku’ oleh Lestari Octavia

Juara 3 Kategori DSLR/Mirrorless : ‘Konvoi’ oleh Hery Muhendra

Juara 1 Ketegori Poket/Camcoder : ‘Asap, Vokalis & Paparazzi’ oleh Muhammad Agus Widiantyo

Juara 2 Kategori Poket/Camcoder : ‘Mari Menanam’ oleh Raisah Suarni

Juara 3 Kategori Poket/Camcoder : ‘Sama-sama Narsis’ oleh Muhammad Mbah Munawar

Juara 1 Kategori HP/Tab : ‘Generasi Muda Peduli Merapi’ oleh Utty Damayanti

Juara 2 Kategori HP/Tab : ‘Tos’ oleh Hari Subarkah

Juara 3 Kategori HP/Tab : ‘Naik-naik ke Puncak Merapi’ oleh Azwin Achmadi

532605_4702123947022_999314714_n

Foto Favorite Pilihan Facebook : ‘Peng-hijau-an’ oleh Ajeng

Seseorang baru bisa disebut pakar kalau sudah 10 ribu jam ! tinggalkan jalan pintas

Living as a Global Citizen

Tadi siang aku ikut mendengarkan ceramah dari seorang selebriti dari lembah silikon yg bernama Ariya Hidayat. Menurut beliau ada lima hal buruk yg sering dilakukan orang dan perlu diubah atau dengan istilahnya Ariya adalah Dekontaminasi.

Lima hal tersebut adalah:

  1. suka mengikuti arus
  2. mencari jalan pintas
  3. membeli rasa aman
  4. optimisasi yg sub optimal
  5. menilai hanya yg kasat mata

Selain point-point yang sudah disampaikan Ariya di atas, ada juga beberapa catatan lain yg aku sempat catat ketika mendengarkan sesi webex tersebut yaitu:

  1. Seseorang baru bisa disebut pakar kalau sudah 10 ribu jam ! tinggalkan jalan pintas
  2. Optimasi – cari yg costnya yg paling besar. Fokus di situ. Banyak orang terjebak melakan optimasi pada hal yg tak penting atau tak besar pengaruhnya
  3. Apa yg bisa dikontribusikan? Fokus pada yg relevan

Gara2 ceramah Ariya ini aku jadi tersadar kalau aku belum bisa disebut pakar atas sesuatu karena belum sempat menghitung apa saja yg pernah…

View original post 21 more words

Acara Gelar Budaya di GBK Berlangsung Sepi, Kami Heboh Sendiri

“The puppet show from Jogja? Wow, it will be a great show!” ujar seorang bule asal Kanada di pintu gerbang Gelora Bung Karno (GBK) saat menanyakan kepada kami tentang ada apakah gerangan di Plaza Tenggara GBK, 13-14 Oktober 2012 lalu.

Bukan hanya bule itu yang membayangkan acara Gelar Budaya dan Kulineran Khas Yogyakarta itu akan berlangsung meriah, tapi juga kami. Mengingat cukup banyak warga di Jakarta yang memiliki ikatan khusus  dengan kota Jogja, mustinya acara ini akan menarik banyak massa ke sana. “Sekitar 30-an stand bagi peserta pameran kuliner dan kerajinan akan memeriahkan acara yang diharapkan dihadiri oleh sekitar 10-20 ribu pengunjung,” demikian harapan Ketua Panitia Paguyuban Warga Kota Yogyakarta (Pawarta) Bambang Wijatmoko seperti yang dikutip oleh berbagai media saat jumpa pers di perwakilan provinsi DIY di Jakarta, seminggu sebelum acara, Sabtu (6/10/2012) siang.

Hingga malam terus merangkak, Sabtu itu sepanjang jalan menuju area acara, sepi. Bahkan, ketika kami bertanya kepada orang-orang yang lalu lalang di area GBK tentang letak acara itu, mereka lebih banyak tidak tahu. Mungkin karena publikasinya yang kurang efektif. Kami menemukan selembar poster acara berukuran cukup besar ditempel di area gelap, yang pada jarak pandang 2 meter tak bisa dibaca.

makan

Atau entah faktor apalagi yang membuat acara itu kurang menarik pengunjung. Padahal acara di area terbuka itu berlangsung pada hari Sabtu-Minggu dan bahkan sore yang biasanya hujan, saat itu cuaca benar-benar cerah. Sepertinya kamilah, Kagama Virtual, rombongan paling banyak yang datang, untuk kemudian memenuhi meja panjang di salah satu stand mie Jawa.

makan lagi

Beberapa teman-teman Kagama memang sengaja kopdar Sabtu itu. Kopdar lagi? Yup, selepas Kopdar Pulau Rambut akhir Mei 2012 lalu, hampir tiap bulan, atau bahkan tiap minggu selalu saja ada acara kopdar. Ada saja alasan untuk bertemu. Entah apa yang teman-teman cari. Sebenarnya saya ingin sekali membuka isi kepala teman-teman. Jika bisa. Apa yang dicari dari pertemuan-pertemuan itu? Mungkin karena banyak kesempatan bersama diantara kami sebelum-sebelumnya, keterikatan batin itu tersimpul begitu saja. Hohoho.

Yang pasti karena tumbuhnya kepercayaan dan perasaan nyaman dalam berteman, yang membuat kami rela menembus macetnya Jakarta hanya demi sepotong sore bersama. Ada sebuah artikel yang mengatakan, kebahagiaan 5 menit bisa memberikan energi untuk 6 jam berikutnya. Itulah mungkin yang terjadi, kenangan yang menyenangkan bersama teman-teman akan terekam selamanya dan bisa menjadi tambahan energi ketika sewaktu-waktu dipanggil dari memori. Ciyuus? :p

Bagi-bagi brosur

Apa yang kami lakukan di sana? Bukan, bukan pentas seni. Kami hanya sibuk ngobrol ngalor ngidul tanpa tema, hingga kemudian setelah kenyang, dilanjutkan foto-foto, lalu pulang. Heh, itu saja? Ya. Eh, nggak ding. Kesempatan itu juga untuk merapatkan barisan mendukung agenda Kagama Goes Green, tapi lebih detailnya dibahas pada Jumat malam berikutnya. Tak lupa kami juga membagikan brosur acara tersebut kepada pengunjung.

dapet cemilan gratis setelah bagi brosur :p

Juga sebenarnya niat terdalam kami dalam acara tersebut ingin turut menghargai eksistensi kebudayaan Jogja. Sayangnya, acara berlangsung di luar perkiraan kami. Kami? Ada siapa saja? Mbak Aroem Noerani, Mbak Henni Yusuf, Mbak Utty Damayanti, Mas Ary Lesmana, Sagung Indriani Oka, Desti Isnaeni, Sofian, Nur Hidayati, Tisna Surya Adi, Putri Rhenary, Putri yang satunya lagi, Mbak Lestari Octavia, Mas Muhammad Shaleh, temennya Mbak Ayi, Mas Irfan, dan saya.

mie godhog. Btw, kok gak ada yang mendokumentasi kerajinan tangan ya? mikirnya makanan melulu. 😀

Saat itu sejumlah stand memang memamerkan sejumlah kerajinan seperti kain batik dan tas buatan tangan. Juga aneka kuliner khas Jogja. Namun, keheningan yang menyelimuti malam itu membuat suasana nyaris seperti kuburan, tanpa kehidupan. Termasuk panggung yang lengang. Karena malam terus merangkak sedangkan pagelaran wayang belum juga dimulai, kami memutuskan pulang. Tepatnya hendak bergeser ke acara Pameran Social Media di gedung sebelah. Berhubung ternyata untuk mencapainya harus memutar arah cukup jauh, setelah setengah perjalanan kaki, kami berubah pikiran kembali lagi ke area pagelaran wayang. Bukan karena ingin menonton wayang, tetapi karena lupa belum foto dengan background tersebut! Wkwk

nganti isin motone, jare Alfian. :p

Saat acara wayang dimulai, ada sekitar penonton sebanyak 4 baris duduk di kursi dalam tenda. Sebagian dari kami langsung pasang badan di depan area pertunjukan demi mendapatkan latar belakang gambar yang representatif. Si fotografer (Alfian) sampai malu mau potret, karena kami heboh sendiri, sedangkan pengunjung lain duduk manis sibuk menyimak. “Duh, dho ngopo kae? Isin aku..” keluhnya.:p.

Gak jadi nonton wayang, nonton penontonnya ajah. X_X

Selain Pagelaran Wayang Kulit  yang ber-tema ”Semar Mbangun Kayangan” dengan dalang Ki Seno Nugraha itu, sedianya akan diramaikan oleh tarian Angguk dan penampilan Bregada Prajurit Keraton Yogyakarta, serta Musik jalanan Malioboro. Namun, saat itu tidak kami temukan. Entah belum mulai atau mungkin malah sudah. Yang jelas malam itu tidak ada.

Setelah jepret-jepret di depan panggung wayang, sebagian kami bergeser ke bunderan HI, sebagian lagi pulang, karena paginya harus bangun pagi untuk persiapan agenda lain lagi. Sekitar pukul 23 malam, baru bubar. Jakarta Sabtu malam bukannya makin sepi, tetapi malah macet. “Taksi muacet pol sejak Al-Azhar sampai sekarang di Blok M Plaza.” cerita mbak Heni Yusuf via BBM dalam dalam perjalanan pulang, saat itu pukul 23 malam. Meski macet, mbak Heni mengaku pulang dengan membawa kenangan manis. Hayyaaah. :p. Saat itu saya sudah hampir terlelap di tempat tidur sembari mencatat dalam memori bahwa kebersamaan dengan teman-teman di sepotong sore itu menjadi catatan penting tersendiri. Selalu ada alasan untuk bersyukur.

Laeliyaa

Depok, Oktober 2012.

Cari Satu Cinta di Antara Ribuan Orang, Yang Kutemukan Kegilaan, Receh, dan Persahabatan.

oleh : Cindy Silvia Hadi
                 Berawal dari event Pesbuk tentang reuni kagama, aku mulai merencakan untuk bisa rehat sejenak dari rutinitas. Aku mengajukan jadwal cuti hingga bulan Desember nanti, dan atasanku hanya berkata “its okey.” Yes! Teriakku dalam hati. Di kalenderku tak mengenal weekend, dan tanggal bisa mendadak menjadi “merah” (libur) ketika ada kata “it’s okey” dari pihak yang berwenang.
                Satu minggu sebelum hari kebebasanku, aku memantau info-info kegiatan melalui gadget. “besok ber-gangnam versi jowo style ya” membaca sambil melongo dan garuk2 kepala. Apalagi nie ya? “Hatchi!!” video kiriman mba Laely masuk di BBM. Ngakak sendiria liat video nya.
                   Kamis malam aku sudah tiba di Bekasi. Kacamata, okey. Kain sifon, okey. Baju merah, okey. Kupastikan tak ada yang tertinggal, karena aku malas mencari2nya lagi.
           Jum’at…
             Sabtu…
              Horee, hari Minggu!!! Ini pertama kalinya naik kereta sendirian, antara ragu dan was-was. Berbekal informasi yang didapat, tiba di stasiun Klender pukul 07.30 dan  aku tidak ketinggalan kereta. Entah kenapa, hari itu sepertinya dress code nya merah, banyak banget orang berlalu lalang menggunakan baju merah. Berharap ada salah satu diantara mereka yang berniat datang ke reuni Kagama. Sepertinya harapan itu hanyalah sebuah harapan. Ha ha ha, hanya kebetulan banyak yang menggunakan baju merah. Meeting point nya di stasiun kota. Menunggu Indri yang terlambat datang, akhirnya aku memutuskan untuk sarapan pagi terlebih dahulu.
Indri dan Ndari datang… lets go to Ancol and we will having fun!!
Tidak pake bingung , tidak pake kesasa, kami tiba di Ecovention Hall Ecopark, banyak orang dominan menggunakan baju merah. Kalau yang ini tak diragukan lagi, pasti mau reuni Kagama. Di sini aku bertemu dengan teman-teman yang kenal berawal dari social media. Setelah bercipika cipiki, dan say hai, kami diajak untuk gladi bersih tarian Jowo Style. Dibilang gladi bersih, tapi nggak seperti gladi bersih. Ada yang sibuk menyapa teman, ada yang hanya melihat latihannya, dan ada sibuk dengan kameranya. Gladi bersih selama 20 menit, dirasa sudah cukup dan siap membaur dengan teman-teman lainnya.
                Aku bertemu dengan senior yang juga partner kerja selama 1 tahun, memang sengaja kami janjian disini. Tapi dia memilih untuk resign dan meninggalkanku seorang diri menjadi baby sister untuk para nila-nila ku… >_<
           Alumni paduan suara menjadi pembuka acara reuni. Tiba-tiba “maju… maju!” Apa ya? Dan ngapain ya? Aku mengikuti teman-teman Kagama Virtual berdiri di depan panggung tanpa mengerti maksud dan tujuannya. Ternyata menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Gadjah Mada dan diperkenalkan sebagai panitia “Kagama Goes Green”.
          Kami menunggu jadwal aksi panggung sembari bercakap-cakap, menyapa teman lama, makan, bercanda. “pertunjukan kedua, Kagama Virtual” duo MC memanggil kami. Diawali salto dari Alfian kemudian diikuti teman-teman yang bermodalkan “nekat” untuk meramaikan dan menunjukkan kekompakannya. Lagu berdurasi 2 menit, ditutup dengan atraksi ngesot dari Mas Irvan.
            Setelah berganganam ria, rasa nya kaki, tangan, dan badan masih ingin digerakkan. Kami selalu meramaikan dan membuat penuh pelataran panggung. Dan mungkin merusak suasana penonton yang hanya duduk di bangku. Ada sebuah lagu, aku lupa judulnya, ada beberapa alumni ke depan panggung dan menarikan poco-poco. Rasanya gerakan poco-poco yang sudah dikombinasikan kurang familiar bagi kami. Kami tetap bertahan di depan panggung tetapi sudah mulai tangan dan kaki di goyang, ajeb-ajeb.
               Bintang tamunya Ikang Fauzy dan Sammy Simonangkir. “Saya Alumni dari MM UGM, jika rekan-rekan alumni kasian pada saya, silahkan beli album saya yang di jual di Stan Depan” kata Ikang Fauzy. PROMO !!!
                 Kita heboh di depan panggung ternyata dilihat oleh orang orang penting sekelas Anis Baswedan, Roy Suryo, Rektor Ugm dan Sekjen PP Kagama Pak Budi Wignyosukarto.Tapi cuek aja tuh! Lanjutin lagi ajeb-ajebnya mang!
                   “Tiba-tiba cinta datang kepadaku, saat kumulai mencari cinta. Tiba-tiba cinta datang kepadaku, kuharap dia rasakan yang sama”
Hm, aku menemukan sesosok yang menarik, mau kenalan tapi nggak pede. Cukup curi-curi pandang. Intermezo! Kalimat Mbak Laely (2012) berikut ini mewakili apa yang yang ada di hatiku, “Sebenarnya saya mencari satu cinta di antara ratusan atau ribuan orang itu, tapi yang kutemukan kegilaan, receh, dan persahabatan. “
           Hohoho.
           Saat yang ditunggu tiba, pengumuman lomba tari spontanitas. “Juara 2, Kagama Virtual mendapatkan Rp. 1.500.000 ” ujar MC. Yippyy… !!! Beberapa dari kami bersorak-sorak. Untuk merayakan kemenangan kami, maka reuni kali ini ditutup dengan Foto keluarga Kagama Virtual. Dan hadiah tersebut akan kami sumbangkan untuk Beasiswa Kagama Virtual.
              Bagiku, Reuni kali ini selain bertemu dengan teman-teman tetapi juga berolahraga dan menggalang dana untuk Beasiswa Kagama Virtual. Capek, seneng, dan pengen ikut lagi.
Menantikan Reuni “Kagama Goes Green” yang akan diadakan di Yogyakarta tanggal 8-9 Desember 2012. kalau kata mba Aroem “Aku tak lagi Virtual.

Pentas KV di Ancol Bermodal Nekad dan 1 Motor Vixion

cari-cari video flashmob

sebelum pentas, Sabtu 6 Oktober 2012 kami latihan di Depok. Hanya 5 orang yang latihan dan 3 supporter yang datang. Saat itu ada Alfian, Tisna, Rio, Laeli, dan Ulfia yang ikut latihan, sedangkan Imtiyaz, Mas Mimi, dan Siti mensupport kami. hari Sabtu banyak yang sudah memiliki agenda tersendiri, jadi dimaklumi yang bisa datang latihan segelintir saja. Yang penting saat tampil sebanyak sekitar 25 personel bisa menggoyang ballroom.

motor Vixion milik Rio yang digondol maling.

Selain modal nekad, pentas ini juga bermodal 1 Vixion! X_X. Saat latihan ada musibah, motor Vixion milik teman kami, Rio, hilang. Padahal sudah dikunci gembok depan dan belakang. Kami saat itu latihan di lantai dua. Motor di bawah, di dalam gerbang, di sampingnya ada motor lain dan bahkan di belakangnya tertutup mobil. Saat itu ada penjual bakso keliling yang melihat pencurian itu tapi diancam dengan todongan pistol oleh pelaku.

coba-coba pilih koreo.

Latihan dimulai sekitar pukul 10.30 pagi. Kami latihan dengan cari inspirasi dari beberapa video flashmob Gangnam Style di internet. Usai latihan sekitar pukul 16, selanjutnya kami rencana ke Jl. Margonda untuk bergabung dengan Mbak Ayi untuk makan bersama. Saat itu Alfian hendak pulang lebih dulu karena mau malem mingguan (eh! :p), saat turun ke lantai 1,  aku hendak mengantarnya sampai gerbang sembari bilang, “Fian, fotoin aku dengan motor Rio ya.” Sejak latihan di atas, entah kenapa aku ingin sekali foto di atas motor itu, rasanya ingin segera turun mau foto. Karena motor itu memang keren. “Memang motor Rio di parkir dimana?” tanya Fian. Saat itulah kami baru menyadari ternyata motor tidak ada di tempat.

saat di kantor polisi.

Lalu Fian, Tisna, Rio, dan aku mencari dengan motor menembus ke segala arah jalan di area itu. Karena kami berada di kompleks perumahan militer, kami sempat lapor ke tentara. Tetapi karena mereka hanya bertanggungjawab terhadap keamanan di dalam asrama, maka kami disarankan lapor polisi saja. Kemudian barulah kami bolak-bolak ke kantor polisi untuk melapor, lalu menjemput polisi untuk olah TKP ke rumah (saat itu mobil polisi sedang keluar tugas semua, jadi kami harus memfasilitasi kendaraan untuk jemput, kami jemput mereka pakai taksi), mengantar lagi polisi dan saksi, lalu pemeriksaan lagi. Kantor Polsek Cimanggis jaraknya cukup jauh dan ditambah sore itu macet, sekitar 40 menit untuk menempuhnya, hingga tak terasa kami pulang dari kantor polisi sekitar pukul 9 malam. Rio dan Iim diantar Ulfia dengan mobil. Alfian mengantarkan pulang si penjual bakso. Saat itu semua bisa saling diandalkan untuk segera mengambil sikap dan mengurus segala sesuatunya. Salut buat Alfian, Rio, Tisna, Ulfia, dan Iim. Turut prihatin untuk Rio, semoga segera mendapatkan ganti rizki yang lebih baik. Saat pulang malam itu baru saya ingat bahwa sepanjang hari sejak jam 11 pagi teman-teman belum makan. X_X (Pantesan lututku gemeteran). Saat itu ikut shock dan tidak nafsu makan, berita motor ilang memang tiap hari bisa dilihat di TV, tapi baru kali ini menyaksikan kehilangan di depan mata, dalam keadaan pengamanan yang cukup pula.

saat instal pemotong lagu ternyata trial, jadi mau dipotong pake gunting ajah.

Bolak-balik dalam keadaan genting dan derai hujan, tak terasa waktu tiba-tiba semakin malam. Saat itu urusan musik belum kelar, karena sepanjang hari kami belum berhasil memotong dan menggabung lagu. Saat itu yang bisa memotong lagu hanya Mas Mimi, dan dia sudah pulang sebelum kejadian motor hilang. Malam itu dia datang lagi ke kantor polisi untuk mengantarku pulang dan memotong lagu hingga pukul 11 malam. Terima kasih Mas Mimi. Dalam kantuk dan betis berkonde, aku kirimkan lagu hasil potongan ke Fian dkk sebagai back-up. “Kok lagunya cuma 2 menit?” tanya Fian dan Tisna kompak. “Tambahin lagi dong.” Zzzzzzz. Aku pusing, rasanya udah nggak bisa mikir soal lagu, kutinggal bobo.

Paginya, jreeeeng! Aku sebenarnya cemas, ntar pentas entah seperti apa, latihan belum optimal dan jangan-jangan teman-teman kelelahan. Tapi ternyata, hari H, semua tetap semangat. Bahkan Rio yang kehilangan motor pun tetap semangat pentas. Sebelumnya dia bilang, jika tidak ketemu motornya sudah diikhlaskan, jika masih rejekinya, Insyaallah kembali. Sip! Jadi, semua pun terbawa semangat. Ternyata teman-teman yang lain yang tak ikut latihan, dengan mudahnya mau gabung dan bersedia menggila. Dan hasilnya? Tadaaaaa! Baca di sini aja. Terima kasih semuanya. Kalian memang bener-bener kompak, seru, dan syalalala.

Cheers!

Depok, 11 September 2012.

Nur Laeliyatul Masruroh.

Menggila 2 Menit, Pentas Kagangnam Style Juara II di Temu Kangen Kagama 2012

PARODI JOGET KUDA JINGKRAK

KViers saat kalem, setelah menggila.

Euforia Kagama Virtual (Kviers) dalam acara Temu Kangen Kagama di Ecopark Ancol, Minggu 7 Oktober 2012 sepertinya masih terasa hingga kini. Bagaimana tidak, pasukan Merah Hitam itu sepanjang acara riang mondar mandir memenuhi depan panggung, berjoget bebas melengkapi (atau bahkan melebihi) performer utamanya.

Jogetnya pause demi foto dulu. Hebohnya melebihi performer utamanya Sammy Kerispatih.

Mereka tidak saja riang, tetapi juga nekad. Kenekadan itu dimulai sejak group paduan suara berbaju putih-putih (entah apa nama groupnya) menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Gadjah Mada, teman-teman Kaviers yang berpakaian dominan merah dan hitam itu duduk berbaris 2 saf persis di depan panggung, juga ketika Ikang Fauzi dan Keris Patih perform, mereka pun turut meriahkan dengan berarak joget bebas di tempat yang sama.

     Terlebih saat pentas utama mereka, Gangnam versi KV alias Kagangnam Style, berlangsung heboh dan spontan. Mereka menggila 2 menit dengan iringan musik Gangnam Style versi Jowo Style digabung versi aslinya milik Psy. Tidak hanya saat pentas, tetapi sepanjang acara aksi mereka menyita perhatian penonton. Dari manakah datangnya sekelompok Merah Hitam itu? Kompak bener? Bahkan, saat pentas mereka menarik Wakil Rektor yang berada di antara penonton untuk ikut joget. Nekad bener!

   

Maksud hati mau niru K-Pop, tapi alamaak susahnya! #Duh Gusti, sinten niki?

“Naje neun ttasaroun ingan jeogin yeoja. Keopi hanjanui yeo yureul. Huo ewyo. Hayyaah, iki opo tho?” Seorang lelaki ingin menunjukan kemampuan gaya K-Pop pada si perempuan. Karena tidak fasih mengucap bahasa Korea, dia perlu membaca teks. Dia bermaksud meniru Korea Pop, bernyanyi dengan bahasa mereka dan bergaya seperti mereka, tapi ternyata alamaak susahnya.

    “Aku wong Jowo, senajan ora iso koyo ngono. Hei, ayo podo jogo budoyo. Hei.” Si lelaki sebagai orang Jawa, meski tidak bisa bergaya ala Korea, ingin meyakinkan untuk menjaga budaya saja. Itulah konsep yang mulanya ingin disampaikan oleh Kagangnam Style. Jaga budaya? Kok begini jadinya? Ups!

   Lupakan soal tema jaga budaya. Mereka itu kami. Pentas kami, Kagangnam Style, bukan sedang membawa tema tersebut, bukan juga untuk merusak budaya. Kami bukan dancer, bukan performer, dan bukan pula juara lomba baris-baris tingkat kecamatan. Kami mungkin semacam orang-orang nekad, nggilani, kreatif, dan semangat menghibur. Justru karena kenekadan itulah yang mungkin mengantarkan kami menjadi juara II. Juara I diraih oleh Fakultas Kedokteran yang menyajikan tarian daerah. Acara yang dihadiri ribuan alumni UGM itu menampilkan kompetisi pentas sekitar 7 kelompok, diantaranya Fakultas Kedokteran, Kagama Virtual, Fisipol, Teknik Arsitektur, dll.

Joget kuda jingkrak oleh Kagama Virtual ini terinspirasi dari K-Pop Gangnam Style yang akhir-akhir masih ramai dibicarakan. Gangnam style sendiri konon sebenarnya parodi gaya orang-orang borjuis di sebuah tempat di Korea yang bernama Gangnam. Sedangnya dance-nya sendiri, menurut penyanyi dan rapper Korea yang mempopolerkan gaya itu, Psy, bahwa Gangnam dance pada dasarnya adalah tari dengan imaging the horse. Karena itu banyak koreo yang meniru gerakan kuda. Gerakan dasarnya sangat mudah, yaitu hentakan kaki kanan-kiri-kanan-kanan dan kiri-kanan-kiri-kiri dengan goyangan khas mirip kuda berjingkrak.

karena belum menemukan dokumentasi pentas, ini versi latihan sesaat sebelum pentas.

Pentas yang berlangsung selama 2 menit (tepatnya 2 menit dan 12 detik) dengan jumlah personel sekitar 25 itu, sebagian gerakan dilakukan secara spontan. Sebagian yang lain terinspirasi dari gabungan flashmob Gangnam Style yang banyak bermunculan di Youtube. Termasuk video dari Jowo Style, yaitu parodi Gangnam Style versi Jawa yang musiknya digunakan di menit pertama pentas mereka. Menit kedua menggunakan musik asli Psy dengan volume lebih keras dari menit pertama untuk menciptakan semangat hentakan berlipat.

      Pada kompetisi pentas itu ternyata tidak hanya Kagama Virtual yang menampilkan musik Gangnam, ada kelompok lain di acara tersebut juga menampilkan pentas dengan musik yang senada. Musik ini memang sedang sangat popoler. Padahal pada awal September 2012, musik ini hanya diketahui oleh para penggemar K-Pop. Namun, karena jogetnya yang khas, popularitasnya melejit dan mendunia. Di Youtube juga banyak ditemukan flashmob Gangnam dari berbagai negara. Dengan berbagai parodi yang tidak menghilangkan gerakan dasar kuda jingkrak.

KViers benar-benar menghadirkan kuda jingkrak. Ckckck!
eh, nemu receh

Gangnam versi KViers juga menampilkan adegan kuda-kudaan seperti yang dilakukan Psy. Adegan spontanitas yang bisa dipastikan mencuri perhatian penonton. Selain itu, saat adegan robot dance,  kami rebutan koin receh yang tumpah dari saku salah satu personel. Jangan tanya apa maksudnya yah, nikmati saja. 😀

     Selamat menikmati. Semoga tidak menyesal menonton kami, karena kami sungguh menikmati joget nekad ini. Terima kasih tidak terjadi penggalangan sandal penonton atas kegilaan ini. 😀

PS. 1. Berhubung juru kamera dan juru video KV malah ikut joget, jadi  foto pentas yang representatif tidak terdokumentasi. Menunggu penonton ada yang memberitahu kami bahwa mereka memiliki foto kami. 😀

2. Selain modal nekad, pentas ini juga bermodal 1 Vixion, selengkapnya baca di sini.

Depok, 10 Oktober 2012.

Nur Laeliyatul Masruroh

Mencoba reblog tulisan tentang Provider internet yang banyak menerima komentar.

Runner dan Goweser kota

“Pak Eko, mana lebih bagus XL Halo, 3, Indosat, Axis atau Smartfren untuk ponsel Android?”

“Kalau untuk BB, mana lebih bagus Axis apa Indosat ya?”

“Apa ada paket Smartfren untuk BB?”

“Katanya sinyal 3 untuk Ipad bagus ya pak?”

Beberapa pertanyaan senada sering ditanyakan padaku dan aku selalu menjawabnya dengan jawaban yang kurang memuaskan mereka. Buktinya mereka selalu mengejar dengan pertanyaan lain. Mereka tidak mau mendengar jawaban seperti ini :

“Pemilihan provider GSM/CDMA sangat tergantung lokasi”

atau seperti ini :

“Tergantung kebutuhan bapak/ibu. Yang bisa menjawab hanya bapak/ibu sendiri!”

Mereka ingin jawaban yang menunjukkan pada satu macam provider saja dan bukan harus mendapat jawaban berupa pertanyaan bagi mereka.

Aku memang memakai beberapa provider untuk menghidupkan beberapa gadget yang kupunyai. Hanya smartfren yang belum pernah kucoba untuk membantu komunikasiku. Kalau kartu fren dan Indosat pernah kupasang juga di ponsel tapi tidak untuk layanan internet.

Untuk layanan internet, aku pernah memasang XL…

View original post 439 more words

Kopdar Malang

 
Jalan dinas kali ini sungguh ‘porak-poranda’. Rabu pagi dengan santai saya masih jalan ke kantor, buka fesbuk, membuka-buka juga agenda harian apa yang harus saya garap hari itu. pukul 08.30 WIB, bos memanggil saya,’apa kira-kira kamu siap kalo pergi menggantikan Tri, yang bayinya sakit, ke Malang?’ ‘Hari ini, pak?’ tanya saya. ‘Ya. Hari ini. Tiket sudah dibooking jam 10.00 WIB. jika kamu siap, pulang sekarang, packing, dan langsung ke bandara’. Dengan setengah bengong, saya mengangguk. detik-detik berikutnya serasa terbang… menelpon suami saya untuk mengantar pulang, packing dengan sangat tergesa (rasanya yang ini rekor puncak saya)–menyambar setiap baju, alat mandi, dan kosmetik yang tampak, berganti pakaian bahkan tanpa melepas sepatu, dan melesat pergi dalam kendaraan yang dikemudikan suami saya dengan kecepatan tinggi menuju bandara.

saat telah duduk tenang di ruang tunggu bandara, pengumuman selanjutnya sangat menyakitkan hati–pesawat yang mestinya saya tumpangi delay hingga pukul 12.55 WIB. akhirnya, untuk menyurutkan kekesalan, saya sms-an dengan mas Fermy Nurhidayat, berbagi info soal kopdar Kaviers Malang yang akan dilangsungkan Sabtu, 9 Juni pukul 13.00 WIB.

Malang, kepulangan telah saya tentukan bersama kawan kantor pada Sabtu pagi, 9 Juni. sisa satu hari perjalanan dinas telah kami sepakati akan dihabiskan berwisata backpacker-an di Batu. akhirnya, setelah serangkaian sms, saya sepakat untuk kopdar sendiri dengan mas Fermy tanggal 8 Juni, pagi, di Gramedia Basuki Rachmat. malam 7 Juni, mendadak sms dari mbak Lilis Puspitosari masuk, menawari untuk ketemu dan jalan. sayang, waktu sudah cukup larut dan agak lelah bagi saya untuk keluyuran. akhirnya mbak Lilis sepakat menemui saya di lobi hotel. tapi saya bilang,’saya sudah pake piyama, je, mbak. piye, yo?’ eh, sambut mbak Lilis,’ya nggak apa-apa. saya juga pake daster’. walhasil, ‘kopdar sesi pakaian tidur’ dengan mbak Lilis dan anak-anaknya kami langsungkan di lobi hotel. hal lucu, ternyata dia juga sempat ‘distraap’ sama suaminya,’kamu ini gimana, sih. mo ketemu kawan kok nggak serius, cuma pake daster…?’ kami menertawakan hal itu bersama-sama, di sela obrolan yang deras mengalir.

besok paginya, janji temu dengan mas Fermy dijalani. ternyata cukup menyenangkan. kami bicara soal pertemanan, buku-buku, aktivitas kini dan saat kuliah, sambil menelusuri kota Malang–alun2 Kota, mencari kaos maskot Malang untuk oleh2, dan nonton buku2 di Gramedia. sayang, batere kamera pocket saya ngedrop. nggak banyak momen yang bisa diabadikan dari kopdar mini kali ini. yang saya posting di sini, untuk dibagi pada kawan-kawan…

Photography Gathering KV Lakukan Bersih Pantai

Sampah Kiriman dari 13 Mulut Sungai Jakarta, Kotori Pulau Rambut

Oleh Nur Laeliyatul Masruroh

Image

Sebuah kapal kecil yang mengangkut 60 pecinta fotografi mendarat di Pulau Rambut, salah satu area konservasi di Kepulauan Seribu, pada akhir Mei 2012. Mereka disambut oleh serakan sampah plastik yang tidak sedikit jumlahnya. Sebagai area konservasi yang vegetasi dan satwanya dilindungi, mengapa sampai ada gunungan sampah mengotori pantai? Rupanya sampah ini kiriman dari tempat lain. Menurut penjaga pulau, ada 13 mulut sungai dari Jakarta dan Tangerang yang memuntahkan material sampah ke Pulau Rambut.

Serakan sampah tersebut berupa plastik bungkus, ban bekas, sandal, sepatu, dan berbagai materi yang tidak bisa terurai dalam waktu hitungan tahun. Ombak di bibir pantai Pulau Rambut berdebur besar. Seringkali saat ombak pasang tinggi, air masuk menggenangi area pohon bakau. Sampah-sampah itu pun turut terbawa ombak ke daratan hutan mangrove dan tentu saja mengotori tanahnya.Image

Pulau Rambut secara administratif termasuk dalam Kabupaten Kepulaun Seribu, propinsi DKI Jakarta, memiliki luas 45 hektar, dan merupakan kerajaaan burung. Ribuan burung dengan berbagai jenis beterbangan dan berumah di tajuk pepohonan. Kita bisa melakukan birdwaching di sebuah Menara Pandang di tengah hutan. Ekosistem di sana berupa hutan mangrove dan tidak berpenduduk. Pulau ini bukanlah area wisata untuk umum. Untuk memasuki kawasan tersebut memerlukan ijin khusus dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam, DKI Jakarta. Di pinggir pantainya, kita bisa menikmati pemandangan debur ombak sambil merebahkan tubuh di rerumputan. Meskipun siang terbalut terik matahari, di sana kita bisa dengan nyaman berteduh di bawah kanopi Cemara Pantai yang rindang. Sekawanan burung terbang ke sana kemari membawa sepotong serasah tumbuhan untuk membangun sarang. Mereka membawa daun-daun dan ranting yang menggenang di permukaan laut. Burung-burung tersebut juga sesekali berenang mencari pakan ikan laut. Sayangnya momen indah itu terganggu oleh bau busuk sampah di sana sini.Image

Saat kita memasuki hutan mangrove Pulau Rambut, ditemukan potongan-potongan koral serupa tulang-tulang berserakan di antara akar nafas pohon bakau. Juga, lubang-lubang mulut pintu rumah kepiting besar. Jalan setapak menuju rawa-rawa tersebut tumbuhlah pohon endemik Pulau Rambut, yakni sebuah pohon dari keluarga jeruk. Selain itu berbagai pepohonan termasuk Kepuh, Waru Pantai, dan Jati pasir, mendominasi vegetasi di sana. Umbi Gadung dan sejumlah liana khas juga tumbuh dalam ekosistem tersebut. Ekosistem seperti ini harus dijaga agar tetap lestari. Sampah-sampah yang telanjur masuk ke hutan mangrove bisa merusak tanah dan akhirnya merusak ekosistem.

Para pecinta fotografi tersebut merupakan sekelompok alumni Universitas Gadjah Mada, mendatangi Pulau Rambut bermaksud mengambil gambar untuk mengabadikan momen. Keindahan alam di Pulau Rambut pantas untuk diketahui dan menjadi tempat riset. Adanya gambar-gambar atau video yang dibuat dapat sebagai kontrol perubahan ekosistem beserta kekayaan hayatinya yang terjadi dari waktu ke waktu. Mereka juga menanam bibit bakau yang sudah tersedia di sana. Selain itu melakukan bersih pantai. Mereka mengumpulkan sampah-sampah yang tidak bisa terurai, ke dalam sejumlah plastik besar untuk kemudian dibawa petugas ke tempat pembuangan akhir di Pulau Untung Jawa. Di Pulau Rambut tidak diijinkan menyalakan api untuk membakar sampah ataupun sekedar menyalakan api unggun, mungkin karena di sana banyak ranting kering, dikhawatirkan bisa memicu kebakaran hutan.Image

Bersih pantai tersebut sekilas nampaknya tidak seberapa dalam mengurangi sampah. Namun ini sangat berarti, setidaknya mereka membantu mengurangi dan tentu saja jangan sampai menambah. Meskipun banyak sampah plastik berserakan, namun air lautnya masih jernih dan biru. Karena pulau ini cukup jauh dari aktifitas penduduk. Dari Tanjung Pasir yang terletak di batas Pulau Jawa, untuk mencapai Pulau Rambut memerlukan waktu kurang dari 1 jam menggunakan kapal kayu.

Permasalahan sampah tidak berhenti di bibir pantai Pulau Rambut. Saat kapal kembali ke Tanjung Pasir, mendekati bibir pantai, kita kembali dikejutkan oleh airnya yang sangat keruh. Bukan hanya sampah plastik yang mencemari, tetapi juga limbah cair yang menghitamkan air laut. Jika sampah dan polutan dibiarkan terus menerus mengotori sungai dan laut, akan merusak keseimbangan ekosistem secara keseluruhan di bumi.Image

Mustinya warga Jakarta dan sekitarnya malu membuang sampah di sungai. Hal ini menjadi tanggungjawab bersama untuk tidak meremehkan buang sampah sembarangan. Mungkin seseorang berpikir bahwa satu sampah plastik yang dibuang sembarangan ke sungai tidak akan mempengaruhi kehidupan di bumi. Namun, apa jadinya jika seribu orang berpikiran sama? Seribu plastik akan menyumbat aliran sungai dan saat hujan turun andil bikin banjir. Sungguh, ini bisa dimulai dari diri sendiri untuk membuang sampah pada tempatnya. Memastikan bahwa di wilayah tempat tinggal kita, terutama di kota, ada pengambilan sampah tiap rumah yang terpadu secara rutin. Pastikan sampah plastik kita hari ini dibuang ke tempat yang tepat.

Depok, 2 Juni 2012

Ditulis juga untuk riverforlife.org